Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan sejumlah langkah yang dilakukan BI untuk mengendalikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah beberapa pekan terakhir.
Ia mengatakan, jurus utama yang dilakukan ialah dengan intervensi di pasar keuangan luar negeri atau offshore, terutama di pasar non delivery forward (NDF) kawasan Asia, Eropa, maupun New York, Amerika Serikat sejak 8 April 2025.
"Intervensi itu terus dilakukan sejak saat itu," kata Perry saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (23/4/2025).
Hasil dari intervensi langsung di pasar NDF itu kata Perry membuat tekanan terhadap rupiah berkurang, dari semula per 8 April 2025 sebesar Rp 16.865 per dolar AS menjadi hanya Rp 16.855 pada 22 April 2025.
"Respons kebijakan ini memberikan hasil positif tercermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp 16,855 per dolar AS pada 22 April 2025," ucapnya.
Perry mengatakan, intervensi terhadap rupiah di pasar offshore itu katanya menjadi penting karena tekanan sentimen akibat peran tarif perdagangan AS makin mencuat seusai Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif resiprokal yang tinggi.
"Akibat kebijakan tarif resiprokal AS, BI pada 7 April 2025 intervensi di pasar offshore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global," ungkap Perry.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini: