Jakarta -
Mangga dikenal sebagai buah populer di Asia. Wanita bernama Saramat Ruchkaew ini dikenal sukses menjadi seorang petani mangga di Australia.
Kesuksesan seseorang tak selamanya dapat dinilai dari profesinya yang keren. Karena, banyak juga orang yang berprofesi sebagai petani dan mendulang kesuksesan luar biasa.
Dilansir dari ABC News (1/12), kisah petani sukses asal Thailand ini mencuri perhatian. Sosok wanita bernama Saramat Ruchkaew terkenal sebagai petani mangga sukses di Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saramat Ruchkaew telah menjadi petani mangga selama 38 tahun, mulai bertani sejak 1996. Usaha yang dirintisnya ini tentu saja penuh dengan perjuangan hingga akhirnya berhasil menjadi salah satu petani mangga terbesar di Northern Territory, Australia.
Petani mangga sukses di Australia Foto: site news (ABC.net)
Awalnya, Saramat bekerja dalam bidang pemasaran di Thailand. Kemudian, ia bertemu dengan sang suami yang merupakan orang Australia. Lalu, mereka pindah ke Australia, saat itu prospek pekerjaannya dibatasi karena terhalang bahasa Inggris.
Lantas, Saramat mulai mengelola perkebunan mangga kecil dan menyadari bahwa ini adalah peluangnya. "Industri mangga saat itu tidak ada, karena semua orang menganggap perkebunan adalah sebatas hobi," ceritanya.
Perkebunan mangga miliknya itu berawal dari 3.000 pohon dan menghasilkan penjualan sekitar 12.000 AUD (Rp 124 jutaan) per tahun. "Tahun pertama kami memanen mangga, kami menghasilkan 12.000 AUD (Rp 124 jutaan)," ungkap Saramat.
Akhirnya, peluang itu ditangkap oleh Saramat dan sang suami, Ian Quin. Mereka menabung hingga cukup uang untuk membeli lahan pertanian mereka sendiri. Sejak saat itu, Saramat menyatakan diri akan menjadi petani.
Setelah lahan pertanian itu ia miliki, Saramat mencangkok 70.000 pohon mangga. Mereka juga mulai mengekspor mangga pada 2009 dan Selandia Baru menjadi pembeli terbesar mereka saat itu.
Saramat yang juga akrab disapa Tou ini diketahui mengembangkan varietas mangga bernama Maha Bliss. "Ketika kamu telah memakan Maha Bliss, maka varietas mangga lain tak lagi kalian makan," jelasnya.
Meski produksi mangga di lahan pertaniannya ini sudah besar, Saramat tetap turun tangan. Ia turut memetik dan mengemas mangga dari 70.000 pohon itu dan mengawasi truk yang mengumpulkan buah untuk didistribusikan.
(yms/odi)