Reaksi Putin Negaranya Dibom Ukraina bak Pearl Harbor, Perang Nuklir?

3 days ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan akan mengeluarkan respons yang besar kepada Ukraina. Hal ini disebabkan langkah Kyiv yang melancarkan serangan ratusan drone ke sejumlah pangkalan militer di pedalaman Rusia.

Mengutip Newsweek, Senin (2/6/2026), dalam operasi dengan nama sandi "Jaring Laba-laba" yang dikatakan telah direncanakan selama 18 bulan, Ukraina melakukan serangkaian serangan pesawat nirawak berskala besar dan serentak terhadap pangkalan udara di Rusia pada hari Minggu.

Sumber dari Badan Intelijen Ukraina (SBU) mengatakan serangan pesawat nirawak pandangan orang pertama (FPV) menghantam Pangkalan Udara Belaya di Oblast Irkutsk, yang berjarak 2.500 mil jauhnya dari garis depan di Ukraina. Ikut menjadi sasaran yakni Pangkalan Udara Olenya di Oblast Murmansk, Pangkalan Udara Dyagilevo di Oblast Ryazan, dan Pangkalan Udara Ivanovo di Oblast Ivanovo.

Sumber dari SBU mengatakan 41 pesawat Rusia terkena serangan, termasuk pesawat peringatan dini dan kontrol udara A-50 dan pesawat pengebom strategis Tupolev Tu-95 dan Tu-22M3 yang digunakan untuk meluncurkan rudal jelajah ke Ukraina. Selain itu, serangan juga mengakibatkan kerusakan senilai US$ 7 miliar (Rp 114 triliun).

Secara teknis serangan, drone-drone tersebut telah diangkut ke Rusia, disimpan dalam truk-truk yang membawa unit-unit kargo dengan atap yang dapat dibuka yang diparkir di dekat pangkalan-pangkalan udara dan diluncurkan dari jarak jauh. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan 117 drone telah menghancurkan lebih dari sepertiga dari pembawa rudal jelajah strategis Rusia.

Dengan daya jelajah dan kerusakan yang besar ini diperkirakan akan ada respons yang sangat keras dari Kremlin. Meskipun pernyataannya tidak mencerminkan posisi Kremlin, perhatian akan tertuju pada respons Moskow saat delegasi Rusia dan Ukraina bertemu di Istanbul pada hari Senin untuk membahas cara mengakhiri perang yang dimulai oleh Vladimir Putin.

"Kita dapat mengharapkan banyak suara dan kemarahan dari Moskow," Keir Giles, dari lembaga pemikir Chatham House yang berbasis di London.

Saluran Telegram pro-Rusia telah membandingkan serangan Ukraina dengan serangan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941. Para blogger militer pro-Rusia dan beberapa pejabat menyalahkan kepemimpinan Rusia karena gagal melindungi infrastruktur militer sejauh Irkutsk di Siberia dalam sebuah serangan kyiv.

Selain itu, pengamat pertempuran dari The Washington Post, Max Boot, dalam sebuah opini yang mengatakan "komando tinggi Rusia pasti sama terkejutnya dengan Amerika pada tahun 1941."

Walau begitu, Cédomir Nestorovic, wakil direktur akademis di ESSEC Institute for Geopolitics & Business mengatakan bahwa ia tidak yakin Rusia akan memilih untuk meningkatkan ketegangan dan bahwa Moskow kemungkinan akan meremehkan signifikansi serangan tersebut agar tidak mengakui kemunduran.

"Saya tidak yakin Rusia akan meningkatkan ketegangan. Di garis depan di Ukraina, tentara Rusia maju sedikit demi sedikit-ini adalah tujuan utama mereka. Serangan terhadap fasilitas mereka di Rusia itu signifikan dan memalukan, tetapi itu bukan invasi," tuturnya.

Di sisi lain, Vuk Vuksanovic, rekanan di LSE IDEAS, lembaga pemikir The London School of Economics, mengatakan bahwa Ukraina telah mencapai keberhasilan taktis terbesarnya sejak akhir 2022, yang secara diplomatis, berarti Moskow tidak memiliki insentif lagi untuk menyetujui gencatan senjata.

"Sebaliknya, Rusia tidak akan menyerah pada tuntutan mengenai keanggotaan NATO Ukraina dan wilayah yang diklaim telah dianeksasinya," katanya.


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Macet,Trump: Putin Main Api

Next Article Putin Menggila, Militer Rusia Rebut Wilayah Baru di Timur Ukraina

Read Entire Article
| | | |