Respons Cepat Tarif 'Mencekik' Trump, India Pangkas Suku Bunga Acuan

3 days ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah memuncaknya tekanan ekonomi global akibat kebijakan tarif 'mencekik' dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) mengambil langkah strategis dengan memangkas suku bunga acuannya pada Rabu (9/4/2025).

Ini merupakan pemotongan suku bunga kedua tahun ini, yang bertujuan menopang perekonomian India yang tengah melambat dan menghadapi tantangan dari tarif ekspor baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.

Dalam pernyataan resminya, RBI mengumumkan penurunan suku bunga repo sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Suku bunga ini adalah tingkat di mana bank sentral meminjamkan dana kepada bank-bank komersial, dan penurunannya diharapkan dapat mendorong kredit dan investasi dalam negeri.

Kebijakan ini diumumkan bersamaan dengan mulai berlakunya tarif balasan dari pemerintah AS terhadap India sebesar 26%, yang diprakarsai oleh Trump sebagai bagian dari strategi dagang barunya yang disebut sebagai tarif resiprokal.

Kebijakan ini menarget berbagai negara termasuk India-negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia dan ekonomi terbesar kelima secara global.

Adapun kondisi ekonomi domestik India telah menunjukkan pelemahan dalam beberapa kuartal terakhir. Sektor manufaktur yang lesu, belanja pemerintah yang melambat, serta lemahnya sentimen konsumen perkotaan menjadi beban yang signifikan.

Pertumbuhan ekonomi India diperkirakan hanya mencapai 6,5% pada tahun fiskal terakhir, turun drastis dari 9,2% pada tahun sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak pandemi Covid-19.

Dalam pernyataan resmi Komite Kebijakan Moneter (MPC), RBI menyatakan bahwa "langkah-langkah terkait tarif perdagangan baru-baru ini telah memperburuk ketidakpastian dan mengaburkan prospek ekonomi di berbagai kawasan."

"Dalam kondisi ekonomi global yang menantang seperti ini, dengan inflasi yang tetap jinak dan outlook pertumbuhan yang moderat, MPC memandang perlunya terus mendukung pertumbuhan," demikian kutipan dari pernyataan tersebut, dilansir AFP.

Tarif 26% yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump terhadap India dinilai berdampak besar terhadap ekspor, terutama di sektor bernilai tinggi seperti perhiasan, batu mulia, makanan laut, hingga tekstil.

Goldman Sachs, dalam laporannya, menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi India untuk tahun fiskal berjalan dari 6,3% menjadi 6,1%, dengan alasan kebijakan tarif AS sebagai salah satu faktor utama.

Pemerintah India sendiri tampaknya memilih pendekatan hati-hati dalam menanggapi kebijakan dagang agresif dari AS. Kementerian Perdagangan menyatakan pekan lalu bahwa mereka tengah "mengkaji secara menyeluruh implikasi maupun peluang" dari situasi tersebut, terutama setelah melihat bahwa negara-negara pesaing seperti Tiongkok mengalami dampak yang lebih besar dari lonjakan tarif.

Selain itu, India dan AS kini tengah dalam proses perundingan perjanjian dagang bilateral, yang menurut rencana akan menyelesaikan tahap pertama kesepakatan pada musim gugur tahun ini. Kesepakatan ini diharapkan dapat menjadi jembatan baru dalam hubungan dagang kedua negara yang belakangan sering dilanda ketegangan.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Vietnam Akan Hapus Seluruh Tarif Barang Dari AS

Next Article Kantor Airlangga Mulai Siap-Siap Efek AS Bakal Jegal Barang China

Read Entire Article
| | | |