Selama Ini Petani Salah Tanam Singkong, Jadi Biang Kerok Impor Tinggi?

7 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama ini, petani singkong di Indonesia ternyata keliru dalam menentukan jenis singkong yang ditanam. Alih-alih mengejar ukuran besar dan berat, ternyata yang lebih dibutuhkan industri justru singkong dengan kandungan tapioka tinggi. 

Hal ini diungkapkan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono yang mengungkap fakta ini dalam upaya pemerintah membenahi hulu-hilir komoditas singkong.

"Petani kita tanam yang gede-gede. Sementara kandungan dalam singkong yang besar tadi, kandungan (tapiokanya) itu persentasenya kecil," ujar Sudaryono, dikutip Senin (16/6/2025).

Menurut dia, sebagian besar singkong di Indonesia memang dijual ke pabrik pengolahan yang membeli berdasarkan kadar tapioka, bukan berdasarkan berat fisik umbi. Maka, strategi tanam berbasis ukuran justru kontraproduktif terhadap kebutuhan industri.

"Singkong ini kan sebagian besar ngalir ke pabrik. Pabrik itu membeli kandungan, kandungan starch-nya. Kandungan tapioka," jelasnya.

Fakta ini, imbuh dia, jadi pelajaran penting, tak hanya bagi petani, tetapi juga penyuluh lapangan dan internal Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri.

"Kita ingin mengedukasi petani kita untuk menanam singkong, bukan yang gede-gedean, berat-beratan jumlah, tapi menanam singkong yang beratnya besar, dan kandungan tapiokanya itu tinggi," ucap dia.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman murka akibat maraknya impor yang menyebabkan petani singkong teriak. Dia mengatakan, harga di petani jadi anjlok karena produksi tak terserap, sementara singkong dan tapioka impor banjir.

Membenahi Tata Niaga

Lebih lanjut, Sudaryono mengatakan, pemerintah saat ini tengah membenahi regulasi terkait tata niaga singkong dan produk turunannya, terutama dalam kaitannya dengan larangan dan/atau pembatasan (Lartas) impor. Meskipun masih dalam tahap pembahasan antar kementerian dan lembaga, arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto sudah sangat jelas.

"Saya sudah sampaikan, bahwa urusan singkong ini sudah jadi concern-nya Pak Menteri Pertanian, Pak Menko Pangan, Pak Menko Perekonomian, dan sudah menjadi concern dari Pak Presiden. Perintah Presiden sudah jelas, bahwa produksi dalam negeri harus diutamakan," jelas Sudaryono.

Menurutnya, perlindungan terhadap petani singkong juga akan dilakukan pemerintah, termasuk dalam soal harga. Jika kadar starch mencapai 24%, pemerintah menargetkan harga minimal Rp1.350 per kilogram (kg). Sayangnya, saat ini harga di lapangan masih jauh di bawah angka tersebut.

"Ya makanya. Sebetulnya kan, yang kita inginkan, dengan kandungan tapioka, dengan kandungan starch 24%, harganya kita minta di Rp1.350 per kg," ujarnya.

Ia pun menegaskan, seperti halnya beras dan jagung yang memiliki harga pembelian pemerintah (HPP), singkong pun harus memiliki skema perlindungan serupa. "Apapun pemerintah akan lakukan. Sama seperti gabah, ada HPP Rp6.500 (per kg), sama seperti jagung HPP Rp5.500 (per kg)," ucap dia.

Kini, dengan pembentukan Kementerian Koordinator Bidang Pangan dalam pemerintahan Presiden Prabowo, penataan hukum dan kewenangan soal komoditas ini juga sedang disesuaikan. "Kita lagi beresin lah urusan hukumnya, urusan aturannya," kata Sudaryono.

Namun yang pasti, lanjut dia, semua pihak kini satu suara, yakni lindungi petani, utamakan produksi dalam negeri. "Saya kira pemerintah, dalam hal ini Presiden, sudah memberikan rambu-rambu yang jelas," pungkasnya.

Impor Singkong dan Tapioka

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, impor singkong tahun 2025 anjlok signifikan dibanding tahun 2023 dan 2024. Dengan total impor mencapai 6.150.016 kg senilai total US$1.885.485.

Tahun 2023, total impor singkong (pelet, beku, kering) tercatat sebanyak US$233.023, sebanyak 601.253 kg.

Tahun 2024 melonjak jadi US$1.652.405, sebanyak 5.548.759 kg. Dan tahun 2025 per bulan April, impor singkong tercatat sebanyak US$57, sebanyak 4 kg.

Sementara, impor tapioka (pati singkong) tahun 2023 sampai April 2025 tercatat sebanyak 472.097.429 kg, senilai US$231.564.146,57.

Tahun 2023, impor tapioka mencapai 26.211.449 kg senilai US$13.781.442. Angka ini melonjak jadi 300.190.041 kg di tahun 2024, dengan nilai sebesar US$162.379.571.

Sepanjang tahun 2025 hingga bulan April, nilai impor tapioka tercatat sudah mencapai US$55.403.133,57 dengan volume sebanyak 145.695.939 kg.

Perkembangan produksi singkong RI. (Dok. Kementan)Foto: Perkembangan produksi singkong RI. (Dok. Kementan)
Perkembangan produksi singkong RI. (Dok. Kementan)


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Video: Harga Singkong Anjlok, Mentan Tegaskan Larangan Impor

Read Entire Article
| | | |