Sentimen Campur Aduk Hantui RI: Was-Was Daya Beli-Alarm Bahaya Jepang

1 week ago 12
  • Pasar keuangan Tanah Air bergerak kompak, IHSG dan rupiah menguat, hingga yield obligasi tenor 10 tahun RI turun.
  • Wall Street ambruk berjamaah, Oracle jadi biang kerok
  • Data ekonomi dalam negeri serta kebijakan pemerintah menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kompak ditutup menguat pada perdagangan kemarin, Selasa (7/10/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta nilai tukar rupiah ditutup menguat, dan Surat Berharga Negara (SBN) terpantau makin diminati investor.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan mampu bergerak di zona positif pada perdagangan hari ini, Rabu (8/10/2025). Selengkapnya mengenai pergerakan pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin kembali mencetak rekor tertinggi dengan menguat 29,38 poin atau naik 0,36% ke level 8.169,28 dengan nilai transaksi mencapai Rp28,77 triliun dan melibatkan 44,59 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 3,17 juta kali. Sebanyak 280 saham menguat, 401 melemah, dan 119 saham stagnan.

Sementara itu, investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp 89,45 miliar pada perdagangan kemarin.

Sektor energi dan utilitas tercatat menjadi penopang penguatan dengan masing-masing sektor mengalami kenaikan 2,22% dan 1,74%. Sementara itu, sektor bahan baku dan kesehatan menjadi pemberat dengan pelemahan 0,16% dan 0,14%.

Melihat dari sisi emiten, dua emiten afiliasi konglomerat Prajogo Pangestu terpantau menjadi emiten dengan sumbangan terbesar. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) berkontribusi 18,15 indeks poin sedangkan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) 8,72 indeks poin.

Di sisi lain, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan PT Bumi Resource Minerals Tbk (BRMS) menjadi penahan laju penguatan IHSG kemarin, dengan bobot masing-masing sebesar 6,62 dan 6,18 indeks poin.

Beralih ke pasar nilai tukar, rupiah ditutup menguat tipis 0,09% ke posisi Rp16.535/US$ pada perdagangan kemarin, Selasa (7/10/2025).

Rupiah berhasil berbalik menguat, setelah pada pembukaan perdagangan dibuka melemah 0,06% di level Rp16.560/US$.

Menariknya, pergerakan rupiah kemarin tidak sejalan dengan penguatan indeks dolar AS.Biasanya, rupiah bergerak berlawanan arah dengan DXY, artinya ketika dolar menguat, rupiah cenderung tertekan. Namun kali ini, rupiah mampu menunjukkan ketahanan di tengah sentimen penguatan indeks dolar AS.

Hal ini terjadi lantaran penguatan indeks dolar AS (DXY) kali ini lebih banyak dipicu oleh pelemahan mata uang utama dunia lainnya, bukan karena faktor ekonomi domestik AS.Dolar menguat seiring meningkatnya ketidakpastian politik dan fiskal di beberapa negara maju yang mendorong investor global beralih ke aset safe haven salah satu nya Dolar AS.


Adapun dari pasar obligasi Indonesia, imbas hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun terpantau turun 0,74% menjadi 6,268%, sekaligus mencatatkan level terendah dalam dua tahun.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menandakan bahwa investor tampak melakukan aksi beli.

Pages

Read Entire Article
| | | |