Setelah Dua Hari Tergelincir, IHSG Bangkit Hari Ini

2 days ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan hari ini, Rabu (4/6/2025) di zona hijau. Indeks ditutup naik 0,34% atau 24,21 poin ke level 7.069,04. 

Sebanyak 321 saham naik, 292 turun, dan 192 tidak bergerak. Nilai transaksi hari ini mencapai Rp 15,32 triliun yang melibatkan 24,57 miliar saham dalam 1,46 juta kali transaksi. 

Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor mengalami kenaikan. Bahan baku memimpin penguatan, yakni naik 3,62%. Lalu diikuti oleh kesehatan 1,46% dan properti 1,09%.

Hanya ada dua sektor yang berada di zona merah, yaitu finansial -1,2% dan utilitas -0,81%.

AMMN menjadi saham yang menjadi pendorong utama laju IHSG dengan kontribusi 15,79 indeks poin. Emiten konglomerat Salim tersebut naik 7,22% hari ini. Kemudian MBMA  menyumbang 7 indeks poin dan MDKA 4,83 indeks poin. 

Adapun pasar keuangan diperkirakan masih dalam kondisi volatilitas tinggi, seiring dengan rilis data ekonomi yang mengindikasikan pelemahan domestik semakin nyata.

Dari sisi internal, deflasi dalam indeks harga konsumen (IHK), surplus neraca perdagangan yang sangat tipis hingga hampir defisit, serta kontraksi yang masih berlanjut dalam aktivitas manufaktur menjadi sinyal bahwa fundamental ekonomi nasional belum cukup kuat untuk dikatakan pulih sepenuhnya. Insentif ekonomi diharapkan bisa menjadi pendobrak ekonomi.

Sementara dari sisi eksternal, ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali membuat kekhawatiran pelaku pasar secara umum. OECD juga memangkas proyeksi ekonomi global. Satu sentimen positif yang ditunggu pasar adalah pembicaraan

Lalu, laporan Economic Outlook terbaru dari OECD mengingatkan prospek ekonomi global semakin melemah, dengan hambatan perdagangan yang substansial, kondisi keuangan yang lebih ketat, menurunnya kepercayaan, dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan.

Laporan tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global melambat dari 3,3% pada 2024 menjadi 2,9% pada 2025 dan tetap di 2,9% pada 2026. Perlambatan ini diperkirakan akan paling terasa di Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan China, dengan penyesuaian penurunan yang lebih kecil di negara-negara lain.

Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat diperkirakan akan turun dari 2,8% pada 2024 menjadi 1,6% pada 2025 dan 1,5% pada 2026. Pertumbuhan Tiongkok diproyeksikan melambat dari 5,0% pada 2024 menjadi 4,7% pada 2025 dan 4,3% pada 2026.

OECD juga memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi hanya 4,7% pada tahun ini dan 4,8% pada 2026.


(mkh/mkh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Mau Libur Panjang, IHSG Lanjut "Semringah" Tapi Rupiah Melemah

Next Article Analis Sebut Pasar Saham RI Jadi Primadona, Ini Alasannya

Read Entire Article
| | | |