Jakarta, CNBC Indonesia - Persenjataan nuklir Korea Utara (Korut) diperkirakan jauh lebih besar dan berkembang lebih cepat dari asumsi global. Penilaian terbaru para peneliti pertahanan Korea Selatan (Korsel) menunjukkan bahwa Pyongyang mungkin telah memiliki hingga 150 hulu ledak nuklir, dua kali lipat dari estimasi lembaga internasional.
Dalam forum yang digelar Institut Analisis Pertahanan Korea (KIDA), Kepala Divisi Penelitian Keamanan Nuklir KIDA, Lee Sang-kyu, menyatakan Korut kemungkinan memiliki 127 hingga 150 senjata nuklir. Ini berdasarkan tingkat produksi bahan fisil dan ekspansi fasilitas terbaru.
"Korut telah memperluas dan memodernisasi situs-situsnya untuk meningkatkan kemampuan produksi bahan nuklir," ujar Lee, seperti dikutip Korea Herald, Kamis (27/11/2025).
Lee menekankan bahwa perintah Pemimpin Korut Kim Jong-un untuk meningkatkan produksi hulu ledak secara "eksponensial" terus memicu pertumbuhan pesat. Lee memperkirakan persenjataan nuklir Korea Utara dapat mencapai 200 unit pada 2030 dan melampaui 400 unit pada 2040 jika ekspansi fasilitas pengayaan uranium dan produksi plutonium terus berlanjut.
Analisis internalnya menunjukkan Pyongyang mungkin memiliki 115-131 hulu ledak berbasis uranium dan 15-19 berbasis plutonium. Ini jauh di atas estimasi lembaga internasional seperti Congressional Research Service (CSR) yang masih memprediksi sekitar 50 unit.
Para peneliti KIDA menilai percepatan ini sebagian didorong oleh perluasan infrastruktur pengayaan uranium. Laporan IAEA pada Agustus mengidentifikasi bangunan baru di Yongbyon yang diduga memperbesar kapasitas pengayaan.
Lee juga menyoroti proyek kapal selam bertenaga nuklir Korut yang diumumkan tahun ini. Namun dinilai masih jauh dari matang.
"Mengembangkan reaktor nuklir ringkas dengan tingkat pengayaan tinggi akan memakan waktu setidaknya satu dekade," katanya.
Namun, ia memperingatkan proses itu bisa lebih cepat jika Rusia memberi dukungan teknologi, termasuk desain dan material penting. Meski Pyongyang semakin lantang mengklaim kemampuan serangan nuklir kedua terhadap AS, para analis KIDA mengingatkan bahwa kesiapan operasional Korea Utara belum solid.
"Secara lahiriah, Korea Utara telah membangun penampilan kemampuan seperti itu. Namun, peningkatan substansial masih diperlukan untuk efektivitas militer yang sesungguhnya," ujar peneliti KIDA, Jeon Gyeong-ju.
Pemantauan citra satelit oleh situs AS 38 North juga menunjukkan peningkatan aktivitas nuklir berkelanjutan sepanjang 2025. Modernisasi dan ekspansi terlihat di Pusat Penelitian Ilmiah Nuklir Yongbyon, termasuk substitusi pengayaan yang menjadi titik paling aktif.
Kelompok tersebut mencatat pengoperasian stabil reaktor 5 megawatt serta uji awal reaktor air ringan eksperimental, yang "mencerminkan arahan Kim Jong-un untuk mempercepat produksi material kelas senjata".
"Semua perbaikan ini bertujuan memenuhi seruan Kim untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya secara eksponensial," tulis laporan 38 North.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4939096/original/049996300_1725747991-000_36FT7CN.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5339916/original/010495200_1757135510-20250904AA_Timnas_Indonessia_Vs_China_Taipei-108.jpg)
