Siap-siap! Tahun Depan Bakal Banyak Lowongan Kerja Dibuka

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan fokus pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan si kaya dan miskin melalui penciptaan tenaga kerja.

Febrio mengatakan bahwa pemerintah akan berusaha meningkatkan lapangan kerja lebih banyak tahun depan. Paling utama adalah tenaga kerja formal.

"Yang paling langsung (kebijakan meningkatkan kesejahteraan) adalah penciptaan lapangan kerja. Jadi kalau kita tadi lihat data ketenagakerjaan yang keluar itu trendnya agak flat. Tapi kita berharap nanti tahun depan kita akan create lebih banyak," ujarnya dalam acara Evening Up CNBC Indonesia pada Rabu (5/11/2025).

Ia mengungkapkan bahwa dalam satu tahun lapangan kerja tercipta hingga 3,7 juta lapangan kerja. Namun, yang menjadi sorotan adalah tenaga kerja formal hanya sebanyak 40% dan sisanya informal.

"Satu tahun kalau total kita itu menciptakan sekitar 3,6 sampai 3,7 juta lapangan kerja baru. Cuma yang menjadi catatan adalah ini 40% doang yang formal. Kita pingin yang formalnya lebih banyak," ujarnya.

Sehingga ini menjadi PR untuk meningkatkan ciptaan lapangan kerja terutama yang formal sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerataan.

"Ini menjadi PR untuk terutama mulai tahun depan nanti kita harus create more job sehingga masyarakat punya banyak penghasilan lebih meningkat. Ini akan meningkatkan pemerataan tadi," katanya.

Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, dari total jumlah penduduk bekerja per Agustus 2025 yang sebanyak 146,54 juta orang, porsi pekerja formal sebesar 42,20% atau sekitar 61,85 juta orang. Naik dari catatan per Agustus 2024 yang porsinya 42,05%.

Sementara untuk pekerja informal, yang didefinisikan BPS sebagai orang yang berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas, dan pekerja keluarga atau tidak dibayar, proporsinya menjadi sebesar 57,80% atau setara 84,58 juta orang.

Risiko dari terlalu banyak tenaga kerja informal atau gig pun tidak main-main. Banyak pekerja gig tidak terdaftar dalam sistem jaminan sosial nasional, dan sebagian besar tidak memiliki perlindungan saat mengalami kecelakaan kerja atau kehilangan penghasilan karena faktor eksternal.

Selain itu, tenaga kerja informal juga sulit mendapatkan stabilitas pendapatan, hingga akses keuangan seperti perolehan dana pinjaman dari lembaga jasa keuangan formal, seperti bank.

(ras/mij)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Ekonom Soroti Masalah BSU Pekerja, dari Penerima sampai Nominal