Skandal Besar, Asosiasi Sepak Bola Thailand Dituduh Jual Data Taktis Timnas dan Thai League ke Malaysia, Dampaknya Fatal!

9 hours ago 3

Bola.com, Jakarta - Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) sedang menghadapi krisis besar setelah dituduh menjual data taktis penting tim nasional dan Thai League kepada sebuah perusahaan asal Malaysia.

Skandal ini memicu kemarahan para penggemar dan pakar sepak bola Thailand, sekaligus menimbulkan pertanyaan besar tentang transparansi, tanggung jawab, dan masa depan sepak bola Thailand.

Menurut laporan BBC Thailand, di bawah kepemimpinan mantan presiden Somyot Poompanmoung, FAT menandatangani kontrak hingga tahun 2028 yang memberikan akses kepada sebuah perusahaan Malaysia untuk menganalisis data mendalam mengenai strategi tim-tim Thailand.

Keputusan ini dianggap sebagai kesalahan fatal karena memberi keuntungan bagi lawan langsung seperti Malaysia dalam pertandingan internasional.

Berita video Carlo Ancelotti setuju dengan keputusan wasit di laga Atletico Madrid vs Real Madrid, yang menganulir penalti Julian Alvarez karena dianggap dua sentuhan. Atletico pun tersingkir dari Liga Champions.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Dampak Kontrak

Statistik menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, Thailand hanya menang dua kali, seri tiga kali, dan kalah empat kali saat berhadapan dengan Malaysia—angka yang cukup mengkhawatirkan.

Dalam era sepak bola modern, analisis data memainkan peran penting dalam membangun strategi dan meningkatkan performa tim.

Itulah mengapa, tindakan FAT menjual informasi penting kepada pihak luar, terutama kepada negara rival seperti Malaysia, menimbulkan banyak pertanyaan tentang motif sebenarnya dan keuntungan yang didapat Thailand dari perjanjian tersebut.

Upaya Membeli Kembali Data yang Terjual

Setelah menjabat sebagai Presiden FAT pada 2024, Nualphan Lamsam atau yang lebih dikenal dengan nama Madam Pang, menemukan adanya kontrak kontroversial ini dan berusaha menegosiasikan pembelian kembali hak pengelolaan data sepak bola nasional.

Hanya, perusahaan Malaysia tersebut menolak menjualnya kembali, membuat FAT berada dalam posisi sulit dan meningkatkan kekhawatiran bahwa informasi taktis Thailand bisa terus dieksploitasi oleh lawan mereka.

"Di bawah kepemimpinan Presiden Somyot, Asosiasi Sepak Bola Thailand menjual hak analisis data tim nasional kepada sebuah perusahaan Malaysia melalui kontrak yang berlaku hingga 2028. Ketika menjabat, Madam Pang mencoba membelinya kembali untuk mencegah risiko bocornya informasi penting, tetapi perusahaan Malaysia menolak menjualnya kembali," tulis BBC Thailand.

Krisis Keuangan FAT

Selain menghadapi skandal penjualan data, FAT dilanda krisis keuangan yang serius. Dalam konferensi pers terbaru, Madam Pang mengungkapkan bahwa saat ia mengambil alih kepemimpinan, FAT memiliki utang hingga 105 juta baht (Rp51,5 miliar).

Tak hanya itu, FAT juga mengalami kekalahan dalam kasus hukum melawan Siam Sport Syndicate Public Company Limited.

Akibat sengketa hak cipta terkait Thai League di bawah kepemimpinan mantan presiden Somyot, FAT diwajibkan membayar ganti rugi sebesar 500 juta baht (Rp245,4 miliar).

Kendati Madam Pang tidak secara langsung menyebutkan skandal penjualan data dalam pernyataannya, kondisi keuangan FAT yang buruk makin memperkuat dugaan bahwa keputusan-keputusan manajerial di masa lalu tidak dilakukan secara transparan.

Skandal ini menjadi pukulan besar bagi sepak bola Thailand, yang kini harus berjuang mengembalikan kepercayaan publik dan memastikan bahwa data strategis tim nasional tidak lagi disalahgunakan oleh pihak luar.

Sumber: Thao247

Read Entire Article
| | | |