Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang yang tengah bertransformasi ke energi terbarukan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengubah laba menjadi rugi pada semester 1-2025. Hal ini terjadi karena divestasi dua Pembangkit Listrik Tenaga Uapnya (PLTU).
Merujuk pada laporan keuangan terbaru dikutip dari keterbukaan informasi BEI, rugi yang diatribusikan ke entitas induk emiten per Juni 2025 tercatat sebesar US$115,6 juta atau sekitar Rp1,89 triliun. Sementara di tahun 2024, perseroan membukukan laba sebesar US$26,49 juta.
Direktur TBS Juli Oktarina mengatakan, rugi tersebut sebagian besar disebabkan oleh pencatatan rugi non-kas dari divestasi dua anak usaha PLTU, yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP), yang diselesaikan pada Maret dan Mei 2025. Rugi non-kas dari divestasi ini tercatat sebesar US$96,9 juta.
"Kerugian tersebut tidak berdampak pada arus kas Perseroan, justru menghasilkan tambahan dana segar berupa pemasukan ke dalam kas TBS sebesar US$123,6 juta," kata Juli dalam paparannya, di Jakarta, Rabu, (30/7/2025).
Dari sisi top line, perusahaan ini membukukan pendapatan usaha sebesar US$172,2 juta atau sekitar Rp2.82 triliun. Capaian ini melemah 31% dari tahun lalu sebesar US$248,68 juta.
Penurunan ini utamanya disebabkan oleh menurunnya volume penjualan segmen pertambangan batu bara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, serta turunnya harga jual rata-rata dari US$83 per ton menjadi US$52,9 per ton. Tren penurunan harga ini sejalan dengan pergerakan indeks harga batu bara global yang terus melandai sejak tahun lalu.
Sementara itu, penurunan volume penjualan terjadi karena melemahnya permintaan batubara secara global dan keputusan Perseroan untuk menyesuaikan strategi penjualan demi menanti momentum harga yang lebih menguntungkan.
Segmen bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara mencatatkan pendapatan sebesar US$91,6 juta atau berkontribusi 53% terhadap total pendapatan Perseroan, menurun dari 82% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Juli mengatakan, Penurunan ini menggambarkan transisi TBS menuju portofolio bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan. Perseroan telah secara bertahap bergeser ke bisnis pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
"Kami melihat bisnis pengelolaan sampah sebagai elemen kunci dalam transformasi TBS ke depan. Selain memiliki potensi pertumbuhan yang kuat, sektor ini memberikan kontribusi nyata terhadap lingkungan dan kualitas hidup masyarakat. Dengan kapabilitas dan skala yang kami miliki saat ini, kami percaya bisnis ini akan menjadi salah satu motor penggerak utama pertumbuhan jangka panjang TBS," tutur Juli.
Kendati turunnya pendapatan, laba TBS terhimpit beban pokok pendapatan sebesar US$158,3 juta. Beban pokok ini menandakan efisiensi dari yang sebelumnya tercatat US$193,97 juta.
Dari segi permodalan, per Juni 2025, perusahaan mencatatkan aset sebesar US$811,15 juta. Hal ini turun dari periode 31 Desember 2024 dengan perolehan US$893,73 juta. Adapun liabilitas dan ekuitas TOBA tercatat sebesar masing-masing US$563,55 juta dan US$247,6 juta.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bambang Brodjonegoro Mengundurkan Diri dari Kursi Komisaris TOBA