Terimakasih Australia! Harga Batu bara Bangkit, 6 Hari Naik Terus

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali naik dan menembus level US$ 100 per ton. Risiko penurunan pasokan dari Australia mengimbangi tekanan bearish akibat tingginya produksi di Asia dan permintaan yang masih lemah.

Merujuk data Refinitiv, pada akhir perdagangan kemarin Rabu (30/4/2025) harga batu bara acuan dunia (ICE Newcastle) naik 0,55% ke posisi US$ 101 per ton. Kenaikan ini menandai harga energi fosil ini sudah terapresiasi enam hari beruntun dan semakin pulih dari level terendahnya dalam empat tahun sebesar U$93,7 per ton pada 23 April lalu.

Harga batu bara yang semakin pulih ditopang oleh sentimen risiko penurunan pasokan dari Australia. Mengutip Reuters, Whitehaven Coal Australia memperingatkan pada hari Selasa bahwa kondisi cuaca akan mempengaruhi harga batu bara metalurgi maupun batu bara termal dalam jangka pendek dan melaporkan penurunan produksi sebesar 5% secara kuartalan, meskipun angka ini masih melampaui ekspektasi analis.

Beberapa bagian negara bagian Queensland di timur laut Australia juga diketahui mengalami curah hujan tinggi sepanjang tiga bulan pertama tahun ini.

"Gangguan pasokan akibat cuaca baru-baru ini dan kemungkinan pengurangan pasokan dapat menciptakan tekanan kenaikan harga," kata Whitehaven dalam pernyataannya.

Gangguan pasokan ini setidaknya memberikan dorongan jangka pendek harga batu bara bisa semakin pulih dan menahan tekanan bearish akibat permintaan yang masih lemah dan produksi yang tinggi di Asia, terutama dari Indonesia dan China.

Musim dingin yang lebih hangat di Tiongkok mengurangi permintaan pemanas yang boros listrik dan ekspor batu bara termal. Hal ini memperbesar penurunan output tahunan sebesar 1,3% dari pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil di Tiongkok selama dua bulan pertama tahun ini.

Selain itu, produksi Indonesia mencetak rekor 836 juta ton tahun lalu, melebihi target awal sebesar 18%, meskipun meningkatnya investasi pada sumber energi alternatif membatasi permintaan terhadap batu bara termal.

Lebih lanjut, Tiongkok berencana meningkatkan produksi sebesar 1,5% menjadi 4,82 miliar ton tahun ini setelah mencetak rekor produksi pada 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
| | | |