Terungkap Alasan Trump Siapkan Senjata Nuklir: Rudal Terlarang Putin

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dikonfirmasi telah menggunakan rudal jelajah yang dirahasiakan, 9M729 (atau SSC-8), untuk menyerang Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.

Penggunaan rudal yang melanggar perjanjian ini diyakini oleh Kyiv sebagai pemicu utama yang mendorong mantan Presiden AS Donald Trump untuk memerintahkan militer AS melanjutkan uji coba senjata nuklir.

Konfirmasi ini menjadi yang pertama dari penggunaan rudal luncur darat 9M729 oleh Rusia di medan tempur. Andrii Sybiha, Menteri Luar Negeri Ukraina, menyatakan bahwa penggunaan rudal itu merupakan bentuk penghinaan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap AS dan upaya diplomatik Presiden Trump untuk mengakhiri perang di Ukraina.

"Penggunaan 9M729 yang dilarang INF oleh Rusia terhadap Ukraina dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan sikap tidak hormat (Presiden Vladimir) Putin terhadap Amerika Serikat dan upaya diplomatik Presiden Trump untuk mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina," tulis Sybiha dalam sebuah pernyataan dikutip Reuters, Jumat (31/10/2025).

Adapun rudal 9M729 adalah biang keladi di balik keputusan Amerika Serikat pada 2019 untuk menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF), yang melarang rudal luncur darat dengan jangkauan 500-5.500 km.

Washington kala itu menuduh rudal ini melanggar batas jangkauan perjanjian, meskipun Moskow membantahnya.

Menurut sumber di Ukraina, Rusia telah menembakkan rudal tersebut ke Ukraina sebanyak 23 kali sejak Agustus. Pada 5 Oktober lalu, rudal 9M729 yang ditembakkan Rusia terbang sejauh lebih dari 1.200 km sebelum menghantam sebuah bangunan tempat tinggal di desa Lapaiivka, Ukraina, menewaskan empat orang.

John Foreman, mantan atase pertahanan Inggris di Moskow, memperingatkan bahwa penggunaan rudal jarak menengah yang mampu membawa hulu ledak nuklir ini adalah isu serius bagi keamanan Benua Biru.

"Jika terbukti bahwa Rusia menggunakan rudal jarak INF, yang bisa dengan mudah bersifat nuklir, di Ukraina, maka itu adalah masalah untuk keamanan Eropa, bukan hanya Ukraina," kata Foreman.

(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Trump Jengkel Rusia Tak Mau Stop Perang, Gencatan Senjata Masih Mimpi