Udara dari 6 Juta Tahun Ungkap Jadwal Kiamat dari Masa Lalu

Jakarta, CNBC Indonesia - Ilmuwan menemukan udara tertua yang pernah terperangkap di dalam es. Usia udara itu sekitar 6 juta tahun dan ditemukan di bawah permukaan Antarktika.

Penemuan ini memberikan pandangan baru tentang iklim purba Bumi dan bagaimana atmosfer berevolusi sebelum zaman es modern.

Riset yang dipimpin oleh Sarah Shackleton, ahli glasial dari Woods Hole Oceanographic Institute, dilakukan di kawasan Allan Hills, salah satu lokasi paling ekstrem di Antarktika.

Dari kedalaman lebih dari 200 meter, tim berhasil mengebor dan mengambil sampel es glasial yang terbentuk sejak era Miosen, sekitar 5,3 hingga 6 juta tahun lalu.

"Ice core atau inti es ini seperti mesin waktu yang memungkinkan kami melihat seperti apa kondisi Bumi jutaan tahun lalu," ujar Shackleton dikutip dari Science Alert, Senin (3/11/2025).

Menurut hasil analisis isotop argon dan oksigen, suhu di Antarktika pada masa itu tercatat sekitar 12 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan dengn saat ini. Proses pendinginan menuju kondisi beku sekarang diketahui terjadi secara bertahap, bukan tiba-tiba.

Penelitian ini dilakukan melalui proyek COLDEX yang didanai National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat. Dalam proyek tersebut, tim meneliti tiga inti es dari kedalaman berbeda, yakni 150, 159, dan 206 meter, untuk merekonstruksi kondisi atmosfer masa lalu, termasuk kandungan gas rumah kaca seperti karbon dioksida.

"Awalnya kami berharap bisa menemukan es berusia 3 juta tahun, tapi ternyata jauh lebih tua dari dugaan kami," kata Ed Brook, Direktur COLDEX dari Ohio State University.

Para ilmuwan menilai temuan ini menjadi langkah penting dalam memahami proses "kiamat" perubahan iklim global terjadi secara alami pada masa lalu. Data udara purba tersebut diharapkan bisa membantu memprediksi arah perubahan iklim modern yang kini makin cepat akibat aktivitas manusia.

Penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences dan rencananya akan berlanjut hingga 2031 untuk menggali data es purba lebih dalam lagi.

(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanda Kiamat Sudah Dekat Makin Jelas Terlihat di Awan