Wamen Investasi Buka-Bukaan Alasan Pemerintah Dorong Hilirisasi

9 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu mengungkapkan alasan pemerintah gencar mendorong hilirisasi karena efeknya yang besar bagi perekonomian, dan mencapai pertumbuhan 8%. Menurutnya kontributor utama dalam perekonomian, yakni konsumsi dalam negeri, serapan realisasi investasi, serta hilirisasi. 

"Tantangan yang paling klasik adalah bagaimana kita bisa menciptakan investasi di negara kita, dan bagaimana memiliki daya saing yang berkelanjutan," dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).

Dia mengatakan ada tiga fundamental utama dalam realisasi investasi, yakni layanan perizinan, regulasi, dan strategi fiskal. Hilirisasi terus didorong untuk menciptakan nilai tambah, sehingga tidak lagi diperbolehkan untuk ekspor mineral mentah.

"Dalam strategi komoditas yang kita punya, ada 9 klaster dan ada 28 komoditas, mulai dari mineral, batu bara, minyak dan gas, dan lain-lain. Ini dirating dilakukan rating berdasarkan jumlah sumber dayanya," kata dia.

Meski demikian, menurut Todotua hilirisasi juga harus dilakukan secara cermat. Untuk itu, perizinan investasi dilakukan secara hati-hati, termasuk untuk proyek hilirisasi. Dalam hilirisasi, faktor yang utama adalah dibutuhkan suplai energi yang besar, karena semakin kompleks produk turunannya, konsolidasi energi yang dibutuhkan semakin besar.

"Betul kita punya sumber daya alam yang luar biasa, variatif yang komplit, tapi apakah kegiatan hilirisasi punya daya saing, keberlanjutan, dan efek terhadap lingkungannya seperti apa," ujarnya.

Dukungan Perbankan


Untuk mendukung hilirisasi, dibutuhkan dukungan perbankan dari sisi pendanaan. Untuk itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terus menunjukkan komitmen untuk memperkuat sektor rill dan mendorong kemandirian ekonomi nasional.

Tercatat hingga kuartal III-2025 kredit korporasi naik 12,4% YoY menjadi Rp450,7 triliun, ditopang peningkatan pembiayaan kepada korporasi swasta, BUMN, dan institusi. Sementara itu, kredit segmen menengah tumbuh 14,3% YoY, dan kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9% YoY menjadi Rp46,3 triliun

Tercatat hingga September 2025, kredit untuk sektor manufaktur tercatat mencapai Rp 150,3 triliun, atau naik 3,9% secara tahunan. Sementara untuk Natural Resources tercatat mencapai Rp 59,8 triliun, atau naik 20,5% secara tahunan.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Danantara Ikut Kaji Proyek Hilirisasi Prabowo, Begini Perannya

Read Entire Article
| | | |