Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China diyakini akan tumbuh di laju paling lambat dalam setahun terakhir, di kuartal-III (Q3) 2025. Hal ini terlihat dari survei yang dilakukan AFP, Jumat (17/10/2025).
Ekonomi Tirai Bambu masih tertekan karena lesunya permintaan dan krisis properti. Perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang menghambat ekspor juga memperparah kinerja.
Sebenarnya China sendiri akan mengumumkan data pertumbuhan Senin nanti. Ini bersamaan dengan pertemuan Partai Komunis Tiongkok untuk merumuskan arah kebijakan dalam periode lima tahun ke depan.
Secara rinci, analis AFP memperkirakan ekonomi nomor dua dunia tersebut tumbuh 4,8% secara tahunan (year-on-year) pada periode Juli-September Pertumbuhan tersebut akan lebih rendah dari pertumbuhan 5,2% dalam tiga bulan sebelumnya dan menandai laju paling lambat sejak periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan tersebut juga akan lebih rendah dari target tahunan resmi Beijing. China sebelumnya menarget pertumbuhan di level 5%.
"Perekonomian jelas melambat, tidak drastis... tetapi terasa," ujar kepala ekonom Asia-Pasifik di Natixis, Alicia Garcia-Herrero.
"Masalah utama adalah kemerosotan konsumsi... data terbaru sebagai bukti... tekanan deflasi yang sangat buruk," jelasnya.
"Selain itu, terdapat peningkatan kerapuhan di sisi fiskal pemerintah daerah," kata Garcia-Herrero lagi, merujuk pada utang besar yang telah mencegah beberapa provinsi untuk dapat membayar pinjaman mereka.
Para ekonom berpendapat bahwa negara perlu beralih ke model pertumbuhan yang terutama didorong oleh belanja domestik, alih-alih pembangunan infrastruktur dan properti. Ekonom senior China di Rabobank, dalam sebuah catatan baru-baru ini mengatakan transisi semacam itu kemungkinan akan dibahas pada pertemuan para pejabat Partai.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Bos BI Ungkap Biang Kerok Pelemahan Ekonomi Dunia: Tarif AS