- Pasar keuangan RI masih bergerak variatif, IHSG melesat lebih dair 1%, tetapi rupiah dan obligasi masih di zona merah.
- Wall Street kompak menguat di tengah harapan adanya meredanya ketegangan China vs AS
- Perhatian pasar hari ini akan lebih tertuju pada konferensi hasil RDG BI untuk mencermati kebijakan moneter terbaru.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI pada perdagangan kemarin Selasa (22/4/2025) bergerak variatif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat, tetapi rupiah dan obligasi malah berakhir di zona merah.
Pasar keuangan hari ini diharapkan kompak menguat.Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat 1,43% atau 92,29 poin ke posisi 6.538,27. Penguatan ini menandai indeks seluruh saham di bursa selama tiga hari beruntun.
Adapun sebanyak 371 saham menguat, 220 saham melemah, sementara sisanya 210 saham stagnan. Pada perdagangan kemarin, nilai transaksi terbilang masih cukup sepi sebanyak Rp9,80 trliiun, melibatkan 17,87 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 1,09 juta kali.
Hanya tiga sektor yang terpantau melemah pada perdagangan kemarin yaitu sektor consumer non cyclicals turun 0,48%, sektor healthcare koreksi 0,37%, dan sektor technology kontraksi 0,31%.
Sektor lainnya berhasil menguat di zona hijau. Sektor utilities memimpin penguatan hingga 6,38%, diikuti real estate 4,11%, sektor basic materials 3,48%, sektor energy 2,23%, sektor financials 1,57%, sektor industrials 0,93%, dan sektor consumer cyclicals 0,65%.
Sementara itu, leading IHSG secara indeks poin dipimpin saham energi terbarukan yang terafiliasi Prajogo Pangestu yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebanyak 15,23 poin, diikuti PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) sebanyak 14,24 poin.
Lalu perusahaan bank swasta terbesar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebanyak 13,65 poin, diikuti bank pelat merah RI, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebanyak 9,70 poin.
Lainnya ada emiten batu bara, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang menyumbang penguatan terhadap indeks sebanyak 4,35 pon.
IHSG akhirnya juga mampu menatik investor asing dalam jumlah besar. Asing mencatat net buy sekitar Rp 123,32 miliar pada perdagangan kemarin.
Beralih ke pergerakan rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) malah bergerak kontras dengan IHSG.
Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (22/4/2025) ditutup pada posisi Rp16.850/US$ atau melemah 0,3%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada kemarin pukul 14:59 WIB, tampak menanjak 0,2% ke angka 98,47 atau lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya (21/4/2025) di posisi 98,28.
Pergerakan rupiah yang melemah terjadi di tengah pelaku pasar menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada siang hari nanti.
Pelaku pasar menantikan bagaiman respon BI terutama terkait ketidakpastian akibat kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap mitra dagangnya, termasuk Indonesia.
Adapun, Trump memberikan waktu 90 hari untuk negosiasi perdagangan, yang menambah dinamika dalam kebijakan ekonomi global.
Berikutnya ke pasar obligasi, terpantau ikut di zona merah seperti rupiah.
Merujuk data Refinitiv pada perdagangan kemarin imbal hasil obligasi tenor 10 tahun RI naik 2 basis poin, dari 6,97% menjadi 6,99%. Ini menandai penguatan yield selama tiga hari beruntun.
Sebagai catatan, pergerakan yield dan harga pada obligasi itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield terus naik, maka harga mengalami penurunan atau terjadi aksi jual.
Pages