Jakarta, CNBC Indonesia — Perjalanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan Oktober 2025 masih mencatatkan penguatan. Kenaikan IHSG pada bulan tersebut memperpanjang penguatan IHSG selama empat bulan beruntun dari Juli hingga Oktober 2025. Sayangnya IHSG bisa berpotensi melemah pada bulan November jika melihat rekam jejak yang mirip pada pergerakan tahun 2017 dan 2021.
Pada tahun 2017 dan 2021, IHSG mencatatkan kenaikan yang sama dengan tahun 2025 yakni dari Juli ke Oktober. Namun pada periode November tahun 2017 dan 2021, IHSG mengalami penurunan masing-masing 0,89% dan 0,87%. Kemudian baru di Desember IHSG kembali menguat masing-masing 6,78% dan 0,73% dalam menyambut window dressing.
Foto: stockbit
Dengan demikian proyeksi koreksi yang terjadi pada November hanyalah koreksi sehat yang justru bisa di manfaatkan untuk membeli saham-saham yang memiliki prospek bagus.
Terdapat beberapa sentimen yang dapat mempengaruhi volatilitas pergerakan IHSG di sepanjang November.
Rebalancing MSCI
MSCI mengumumkan bahwa tinjauan reguler (Index Review) untuk November 2025 akan diumumkan pada tanggal 5 November 2025. Perubahan konstituen yang diumumkan akan mulai berlaku efektif pada 25 November 2025. Sehingga, periode menjelang pengumuman dan dekat hari efektif bisa menjadi momen volatilitas bagi saham-saham yang menjadi kandidat masuk/keluar indeks.
Beberapa saham Indonesia yang disebut sebagai kandidat kuat untuk masuk indeks atau naik kelas dalam periode November 2025, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang diperkirakan telah memenuhi beberapa syarat free float dan likuiditas untuk masuk indeks MSCI. Kemudian PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga disebut akan masuk.
Sementara itu, ada saham yang disebut berisiko keluar atau turun kelas dalam indeks MSCI, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Sukses Makulah Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), hingga PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Masuknya saham ke dalam indeks MSCI biasanya mendorong aliran dana asing (foreign inflow) ke saham-tersebut, karena banyak dana indeks/ETF global yang mereplikasi konstituen MSCI.
Sebaliknya, keluar atau penurunan kelas dari indeks bisa memicu tekanan jual dari dana yang harus menyesuaikan portofolionya.
Dengan demikian, periode sekitar pengumuman pada 5 November hingga efektif pada 25 November bisa menjadi momen ketidakpastian bagi IHSG, sehingga investor mungkin menjadi berhati-hati menunggu daftar konstituen final.
Jika banyak saham besar Indonesia keluar atau diturunkan kelas, maka bisa memperlemah sentimen pasar, yang menjadi salah satu faktor yang dapat memicu koreksi IHSG.
Tidak Ada Rapat FOMC
Menurut jadwal resmi Federal Open Market Committee (FOMC) untuk tahun 2025, tidak ada pertemuan kebijakan suku bunga yang dijadwalkan di bulan November.
Jadwal 2025 mencantumkan bahwa pertemuan FOMC yang terjadwal ialah 28-29 Januari, 18-19 Maret, 6-7 Mei, 17-18 Juni, 29-30 Juli, 16-17 September, 28-29 Oktober, dan 9-10 Desember.
Halaman resmi kalender FOMC pada bulan November 2025 hanya mencantumkan "FOMC Minutes, Meeting of October 28-29" yang akan dirilis pada 19 November, namun bukan pertemuan baru.
Ketiadaan rapat FOMC di bulan November 2025 bisa menjadi faktor pendukung koreksi IHSG, meskipun secara tidak langsung.
Shutdown AS Picu Tekanan Pasar
Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi ditutup alias shutdown pada 1 Oktober 2025, setelah kegagalan pengesahan undang-undang dana kelanjutan (continuing resolution) oleh Kongres AS.
Shutdown memaksa sejumlah lembaga AS menghentikan atau menunda rilis data ekonomi penting seperti inflasi (CPI) atau lapangan kerja. Pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati dalam memperkirakan kebijakan The Federal Reserve (The Fed) atau arah ekonomi global karena data kurang jelas. Hal ini bisa meningkatkan preferensi untuk "safe assets" dan mengurangi aliran ke aset berisiko (emerging markets).
Kemudian, laporan memperkirakan bahwa shutdown bisa memangkas pertumbuhan AS, jika berlangsung lebih lama. Karena AS adalah ekonomi besar, perlambatan AS bisa berdampak ke permintaan global, yang kemudian bisa menekan saham di pasar berkembang termasuk Indonesia.
Kekhawatiran The Fed Tak Akan Pangkas Suku Bunga
Kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) tidak akan melanjutkan pemangkasan suku bunga pada Desember 2025, setelah sebelumnya memangkas pada Oktober 2025, bisa menjadi faktor kuat yang mendorong koreksi pasar saham global termasuk IHSG di bulan November 2025.
Jika pada rapat FOMC Oktober 2025 The Fed menurunkan suku bunga 25 bps, tapi kemudian muncul sinyal bahwa tidak akan ada pemangkasan lagi di Desember, maka pasar bisa menafsirkan bahwa The Fed masih hawkish (khawatir inflasi belum terkendali), dan bahwa ekonomi AS mungkin cukup rapuh, sehingga The Fed berhati-hati.
Kedua tafsiran itu tidak ideal untuk pasar saham, karena jika hawkish maka suku bunga tinggi bertahan lebih lama sehingga valuasi saham tertekan. Kemudian, jika ekonomi rapuh, risiko resesi meningkat, maka ekspektasi laba perusahaan turun.
BI Kemungkinan Kembali Tahan Suku Bunga
Bank Indonesia (BI) baru saja menahan suku bunga pada 22 Oktober 2025, meskipun pasar banyak yang memperkirakan pemangkasan. Keputusan menahan menunjukkan sikap hati-hati hingga wait and see.
Inflasi domestik relatif terkendali dan BI menyebut stabilitas rupiah sebagai pertimbangan. Jika inflasi tetap rendah tapi rupiah butuh dukungan, BI cenderung menunda pemangkasan sampai ada kepastian likuiditas.
Sementara itu, juga terdapat ketidakpastian eksternal seperti The Fed, shutdown AS, hingga volatilitas pasar. Jika Fed tidak memberi sinyal jelas pemangkasan lebih lanjut di Desember dan pasar asing masih risk-off, BI akan berhati-hati agar tidak memicu tekanan modal keluar atau pelemahan rupiah.
Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)































:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5319082/original/060228700_1755504247-pspr.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5285579/original/071930200_1752717808-ChatGPT_Image_Jul_16__2025__11_01_37_AM.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5274834/original/095110500_1751811864-1000595156.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5284222/original/004291500_1752589801-Timnas_Indonesia_U-23_Vs_Brunei_Darussalam_U-23-6.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5276978/original/022622300_1751970655-e7494ed4-199a-4886-adc7-134a47c0a893.jpeg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/bola/watermark-color-landscape-new.png,1125,20,0)/kly-media-production/medias/5271468/original/063988200_1751511729-Timnas_Putri_Indonesia_vs_Pakistan-15.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4809513/original/037230800_1713799872-Timnas_Indonesia_-_Nathan_Tjoe-A-On_dan_Justin_Hubner_copy.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5282186/original/092694300_1752468097-ATK_BOLA_ASEAN_U23_Mandiri_Cup_2025_Indonesia_vs_Brunei.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5267473/original/070195100_1751106521-WhatsApp_Image_2025-06-28_at_17.14.16_c8077174.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4860504/original/051850500_1718115963-Malut_United_-_Ilustrasi_Logo_Malut_United_copy.jpg)
