Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan hari ini, Senin (13/10/2025) di zona merah. Setelah sempat memangkas koreksi, indeks akhirnya ditutup turun 0,37% atau 30,66 poin ke level 8.227,2.
Sebanyak 248 saham naik, 467 turun, dan 241 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 27,22 triliun, melibatkan 41,31 miliar saham dalam 2,82 juta kali transaksi.
Adapun indeks sepanjang hari ini bergerak pada rentang 8.133,63–8.288,28. Pagi tadi indeks sempat anjlok lebih dari 1%.
Mengutip Refinitiv, mayoritas sektor mengalami kontraksi. Properti turun paling dalam, yakni -3,54% dan diikuti oleh finansial -1,43% dan konsumer non-primer -1,18%.
Sementara itu, mayoritas saham yang menjadi pemberat hari ini adalah emiten perbankan, tambang, dan energi. BRI (BBRI) yang harga sahamnya turun 1,88% membebani -8,25 indeks poin. Kemudian BCA (BBCA) dan BNI (BBNI), masing-masing berkontribusi -7,01 indeks poin dan -2,38 indeks poin terhadap koreksi IHSG.
Emiten tambang batu bara milik Sinar Mas, Dian Swastatika Sentosa (DSSA) -6,88 indeks poin
Sektor properti merosot seiring dengan jatuhnya saham Pantai Indah Kapuk 2 (PANI). Saham PANI turun 7,8% setelah Proyek pengembangan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 Tropical Coastland dihapus dari daftar Proyek Strategis Nasional.
Dalam perkembangan terpisah, bursa Asia-Pasifik juga bergerak di zona merah. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,04%, sedangkan indeks CSI 300 di China turun 0,5%.
Di Australia, ASX/S&P 200 turun 0,84% dan Kospi Korea Selatan ditutup turun 0,72%.
Pasar Asia ambruk setelah kalimat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengguncang pasar keuangan dunia. Melalui unggahan di Truth Social, Trump menyatakan niat untuk menaikkan tarif impor terhadap seluruh produk asal China hingga 100%.
Pasar global sontak panik, dan hanya dalam waktu 24 jam, kapitalisasi pasar Wall Street menyusut lebih dari Rp33.000 triliun, menjadikannya salah satu koreksi terbesar tahun ini.
Sentimen yang semula membaik setelah perundingan dagang AS-China kini kembali muram, menambah ketidakpastian terhadap arah ekonomi global yang belum benar-benar stabil setelah era suku bunga tinggi.
Reaksi berantai langsung terjadi di pasar saham global. Indeks Nasdaq jatuh 3,56%, S&P 500 terkoreksi 2,71%, dan Dow Jones merosot hampir 2%. Saham-saham teknologi menjadi tumbal paling dalam Nvidia rontok 5%, AMD 8%, Apple 3%, dan Tesla 5%. Sementara itu, dari Beijing, pemerintah China tak tinggal diam.
China memproduksi lebih dari 90% logam tanah jarang dan magnet tanah jarang olahan dunia. Banyak di antaranya merupakan material vital dalam berbagai produk, mulai dari kendaraan listrik hingga mesin pesawat terbang dan radar militer.
Negeri Tirai Bambu memperketat izin ekspor logam tanah jarang (rare earths), komponen vital bagi industri kendaraan listrik dan pertahanan, yang secara simbolik menjadi langkah balasan terhadap Washington.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Pastikan Tarif Berlaku 1 Agustus, Bursa Asia Melemah