Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) membeberkan wilayah kerja (WK) Rokan, Riau saat ini memiliki sebanyak 12 ribu sumur aktif untuk mendorong produksi perusahaan terhadap produksi nasional.
Saat ini WK Rokan menjadi wilayah produsen minyak tertua di Indonesia sejak tahun 1951. WK Rokan menjadi penyumbang produksi minyak terbesar di Indonesia setidaknya pada tahun 2024.
Direktur Utama PHR Ruby Mulyawan mengungkapkan, 12 ribu sumur yang dikelola terdiri dari berbagai jenis mulai dari sumur produksi hingga sumur observasi.
"Sumur aktif yang saat ini ada di PHR itu sekitar 12 ribu sumur, berbagai macam, baik sumur produser, sumur injektor, dan sumur observasi. Sumur produser juga dengan menggunakan artificial lift yang berbagai macam tipe juga, karena tadi sudah cukup mature sehingga natural flow tidak ada lagi di PHR dan semuanya membutuhkan artificial lift," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam Energy Corner, Selasa (10/6/2025).
Pihaknya juga menggunakan teknologi untuk mendongkrak produksi minyak yakni dengan enhanced oil recovery (EOR) pada sumur-sumur injeksi di WK Rokan.
"Untuk sumur injeksi juga ada injeksi air, injeksi steam, dan lain sebagainya, dan nantinya kalau chemical EOR ini terbukti dan bisa dikembangkan dengan skala lapangan, tentu akan banyak sumur-sumur injeksi chemical EOR yang perlu dibor dan diimplementasikan," tambahnya.
"Mungkin itu, jadi sumur-sumur ini juga salah satu yang harus dioperasikan dan tentu salah satu yang menunjang atau yang mendukung terhadap pembiayaan tadi," katanya.
Asal tahu saja, berdasarkan catatan PHR, perusahaan berhasil mempertahankan tren positif pada tahun 2024 dengan memproduksi setara 27% produksi minyak nasional. Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan sebagai kontributor penghasil minyak nomor satu di Indonesia.
Sepanjang 2024, tercatat produksi minyak PHR mencapai 202.24 ribu barel per hari (bph) atau setara 36% dari total produksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina. Sementara, produksi gas tercatat sebesar 826,16 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 29% dari total produksi PHE.
Dengan capaian tersebut, perusahaan pun terus berupaya melakukan perbaikan, termasuk dalam hal restrukturisasi organisasi.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini: