Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com
Tak hanya itu, swasembada garam memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian lokal karena bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi banyak petani garam.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan produksi garam lokal dapat meningkatkan pendapatan petani hingga 20% dalam beberapa tahun terakhir, yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat di daerah pesisir.
Memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, pengelolaan komoditas garam menjadi sangat strategis. Melalui pendekatan ini, pemerintah berupaya tidak hanya memenuhi kebutuhan garam konsumsi, tetapi juga memastikan pasokan garam untuk berbagai sektor industri, sehingga membangun ekosistem pergaraman yang terpadu dan berkelanjutan.
Indonesia sejauh ini sudah berhasil memenuhi kebutuhan garam konsumsi yang jumlahnya di kisaran 500 ribu ton hingga 700 ribu ton per tahun. Capaian ini membawa optimisme bahwa Indonesia juga bisa memenuhi kebutuhan garam di bidang lainnya.
Produksi garam nasional tahun 2025 diproyeksi mencapai 2,25 juta ton hasil dari petambak, BUMN PT Garam, serta sektor swasta. Selain untuk konsumsi, pasokan garam lokal dipakai menyokong kegiatan peternakan dan perkebunan, water treatment, pengeboran minyak, serta untuk sebagian besar kegiatan industri. Meliputi industri penyamakan kulit, pakan ternak, pengasinan ikan, sabun dan deterjen, kosmetik, serta tekstil.
Bagaimana dengan garam untuk industri aneka pangan, farmasi dan alat kesehatan, serta industri chlor alkali plant (CAP)? Inilah pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan segera dan sesempurna mungkin untuk mencapai target swasembada garam 2027. Indonesia memang perlu meningkatkan jumlah produksi, sekaligus kualitas garam yang dihasilkan.
Industri CAP dan aneka pangan selama ini mendominasi kebutuhan garam nasional dengan penyerapan lebih dari 3 juta ton dari total kebutuhan garam nasional sebanyak 4,9 juta ton hingga 5 juta ton per tahun. Sedangkan kualitas garam dibutuhkan khususnya untuk menopang industri aneka pangan.
Spesifikasi garam food grade sesuai SNI 8207-2016 di antaranya mengandung kadar NaCL di atas 97 persen, kadar pengotor rendah, serta kadar air maksimal 0,5 persen. Standar tinggi ini yang belum sepenuhnya bisa dipenuhi produsen garam domestik.
Perpres 17/2025
Keseriusan pemerintah menggapai swasembada garam tahun 2027 dapat dilihat dari terbitnya Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan Garam Nasional. Beleid ini menggantikan Perpres 126/2022.
Hadirnya Perpres 17/2025 tidak sebatas untuk mewujudkan swasembada garam nasional, melainkan meningkatkan usaha pergaraman dalam negeri, serta melanjutkan pembangunan usaha pergaraman nasional yang terpadu dan berkelanjutan.
Fokus pemerintah di tahun 2025 dalam mewujudkan swasembada garam, yakni memperkuat produksi Sentra Ekonomi Garam Rakyat yang tersebar di 10 provinsi Indonesia, melalui skema intensifikasi dan ekstensifikasi. Adapun wilayah SEGAR meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Bali, DI Yogyakarta, dan Aceh.
Program intensifikasi menyasar lahan tambak garam yang sudah ada, melalui intervensi teknologi produksi serta penyediaan prasarana dan sarana usaha pergaraman. Dari hasil pemetaan, terdapat total 13.100 hektare lahan tambak garam yang dapat dikonversi menjadi lahan intensifikasi dengan produktivitas 120 ton hingga 150 ton/hektare.
Sedangkan ekstensifikasi berupa pengembangan lahan tambak baru, maupun penyediaan lahan tambak untuk memproduksi garam. Artinya pelaksanaan program tadi tidak semata dilakukan oleh pemerintah tapi juga bisa bekerja sama dengan entitas usaha maupun penanam modal.
Keunggulan program ekstensifikasi yakni waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan relatif singkat dibandingkan dengan pembangunan pabrik garam. Produktivitasnya pun tinggi, yaitu mencapai 150 ton hingga 220 ton/Ha.
Skema ekstensifikasi akan diimplementasikan KKP dengan membangun modeling garam di Nusa Tenggara Timur tahun ini. Pemilihan NTT karena kondisi air lautnya baik, didukung iklim musim panas yang panjang sehingga cocok untuk memproduksi garam. Serta kemampuan masyarakat setempat untuk mengolah garam.
Strategi lain di depan, yakni membangun pabrik garam yang dilengkapi teknologi vacuum salt. Produksi garam bisa dilakukan sepanjang tahun dan tidak lagi bergantung pada sinar matahari. Garam yang dihasilkan mengandung NaCL di atas 99 persen, dengan produktivitas tinggi mencapai 220 ribu ton per tahun.
Diharapkan dengan sejumlah strategi yang disiapkan bisa menekan tantangan di lapangan seperti perubahan iklim, yang berdampak pada salinitas dan produksi garam, serta kurangnya infrastruktur dan teknologi modern dalam proses pemenuhan kebutuhan garam.
Kepentingan Nasional
Butuh waktu mewujudkan mimpi swasembada garam nasional. Menuju ke sana, pemerintah tetap memperhatikan kepentingan nasional dan geliat ekosistem pergaraman di dalam negeri. Opsi impor tetap ada, namun dengan persyaratan ketat dan khusus untuk garam industri aneka pangan, farmasi dan alat kesehatan, serta industri CAP yang belum bisa seutuhnya ditopang produsen dalam negeri.
KKP bersinergi dengan PT Garam menguji kualitas 240 ribu ton stok garam yang ada, sebagai opsi mengisi pasokan kebutuhan garam industri aneka pangan di sisa tahun ini. Uji kualitas menjadi jalan tengah agar garam domestik tetap terserap jika hasilnya memang memenuhi standar, tanpa menghambat geliat industri aneka pangan.
Sinergi dengan PT Garam memang bagian dari upaya KKP menambah daya produksi dan kualitas garam nasional. PT Garam sebagai entitas usaha punya peluang melakukan pengembangan bisnis di tengah program swasembada garam.
Tentu bukan hanya PT Garam. Petambak garam rakyat serta pihak swasta juga punya peluang sama. Program intensifikasi misalnya, ditujukan kepada pelaku tambak-tambak rakyat, sedangkan ekstensifikasi dan pabrik garam terbuka bagi entitas usaha baik itu BUMN maupun swasta.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pernah menyampaikan bahwa swasembada garam semangatnya adalah sinergitas, sehingga semua lini di ekosistem ini harus bergerak menggapai tujuan bersama. Pemerintah menyiapkan regulasi dan percontohan, produsen menghasilkan garam sesuai standar kebutuhan, konsumen memberikan dukungan dengan beralih sepenuhnya pada produk garam dalam negeri.
Swasembada garam cita-cita mulia Presiden Prabowo Subianto membawa Indonesia sebagai negara maritim yang tegak di atas kakinya sendiri. KKP di bawah nakhoda Menteri Trenggono berusaha membuat kaki itu berdiri kokoh.