Mentan Amran Genjot Hilirisasai, Harga Kelapa Bulat Bisa Meroket 1000%

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Amran Sulaiman menargetkan harga kelapa bulat di tingkat petani bisa mencapai Rp6.000 per butir dalam beberapa tahun ke depan dari sebelumnya terendah Rp 600 per butir. Target itu diyakininya bisa tercapai seiring dengan dorongan hilirisasi industri kelapa yang saat ini sedang digencarkan pemerintah.


"Komoditas yang selama ini kita ekspor, contoh kelapa nilainya Rp24 triliun sekarang ekspor kita. Kita terbesar nomor satu dunia," ujar Amran saat konferensi pers di Auditorium Kementan, Jakarta, Jumat (7/11/2025).


Amran menjelaskan, nilai ekspor kelapa mentah sebenarnya baru sebagian kecil dari potensi besar industri ini. Jika Indonesia mampu mengembangkan hilirisasi produk turunan kelapa, seperti minyak kelapa, sabut, arang aktif, hingga produk pangan olahan, maka nilai tambahnya bisa berlipat hingga ratusan kali.


"Nah, ini kita hilirisasi kalau sesuai diagram pohon industri, itu bisa 100 kali lipat. Artinya bisa Rp2.400 triliun, tapi itu secara teori. Bisa saja hanya 50 persen, 50 kali lipat, atau 20 kali lipat," jelasnya.


Ia mencontohkan dampak nyata yang sudah mulai terasa di lapangan. Ketika pemerintah mulai mendorong hilirisasi dan memperbaiki rantai pasok, harga kelapa di daerah penghasil seperti Maluku Utara mengalami lonjakan signifikan.


"Yang jelas, harga, kami baru kunjungan di Maluku Utara, harga kelapa sebelum kita hilirisasi harganya Rp600 per butir. Sekarang Rp3.500 per butir, itu naik kurang lebih 500 persen," kata Amran.


Menurutnya, angka itu masih bisa terus meningkat. Ia menargetkan agar harga kelapa bulat bisa mencapai Rp5.000 hingga Rp6.000 per butir dalam waktu dekat.


"Dan kita harap, harusnya harganya minimal Rp5.000. Dan bisa naik 1.000 persen, harusnya. Rp6.000 berarti 1.000 persen," ujarnya.


Amran optimistis, peningkatan nilai komoditas kelapa lewat hilirisasi ini tidak hanya akan menaikkan pendapatan petani, tetapi juga membuka jutaan lapangan kerja baru di sektor perkebunan, peternakan, dan industri pengolahan.


"Nah, itulah keuntungan nanti ke depan bisa mempekerjakan orang 1,4 juta di perkebunan ke depan. Mudah-mudahan 3 tahun, 4 tahun ini selesai," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Pedagang Teriak, Harga Kelapa Parut Susah Turun-Rebutan Sama Eksportir

Read Entire Article
| | | |