Jakarta, CNBC Indonesia - Penyakit leptospirosis kembali menjadi perhatian, terutama di wilayah padat penduduk dan saat musim hujan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang hidup dalam tubuh tikus, dan bisa menular ke manusia melalui urine (kencing) hewan tersebut.
Bakteri ini umumnya menyebar lewat air atau lingkungan yang telah terkontaminasi urine atau air kencing tikus. Manusia yang berkontak langsung dengan air banjir, genangan, atau benda-benda yang terpapar kencing tikus berisiko tinggi terkena infeksi.
Mengutip RSUD Mampang Prapatan melalui Instagram resminya, gejala penyakit ini bisa muncul dalam rentang 2 hingga 30 hari setelah paparan dengan rata-rata di hari ke-7 hingga ke-10. Gejala yang muncul antara lain:
- Demam mendadak
- Sakit kepala
- Mata merah
- Mual dan muntah
- Nyeri otot, terutama di betis
- Diare
- Ruam kulit
- Dalam kasus yang parah, pasien dapat mengalami penyakit kuning (jaundice), gagal ginjal, bahkan kematian bila tidak segera ditangani secara medis.
Masyarakat pun diimbau untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Apabila mengalami gejala-gejala di atas setelah kontak dengan air yang mungkin terkontaminasi, segera datangi Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," tulis RSUD Mampang Prapatan dalam unggahannya.
Langkah pencegahan memang sangat penting dilakukan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan dengan sanitasi buruk atau sering mengalami banjir. Beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut:
- Gunakan sarung tangan dan sepatu boots saat membersihkan rumah, selokan, atau tempat yang berpotensi tercemar urine tikus.
- Cuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas, terutama setelah menyentuh genangan air atau lumpur.
- Bersihkan rumah secara rutin dan hindari tumpukan sampah atau makanan yang bisa mengundang tikus.
- Segera periksa ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang dicurigai sebagai leptospirosis.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta bahkan mencatat peningkatan kasus leptospirosis di tahun ini. Hingga 8 Juli 2025, terdapat 19 kasus dengan enam diantaranya meninggal dunia.
Angka kematian ini tergolong tinggi, yakni mencapai 31 persen. Jumlah ini meningkat dibanding periode yang sama pada 2024 yang mencatat 10 kasus dengan dua kematian.
"Yang cukup memprihatinkan, kematiannya cukup tinggi," kata Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah dikutip dari CNN Indonesia.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Jenis Penyakit yang Muncul Saat Musim Pancaroba dan Pencegahannya