Tak Cuma AS, RI Juga Negosiasi Dagang dengan Negara-Negara Ini

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah momentum negosiasi dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) untuk menyelesaikan masalah tarif resiprokal dagang yang dikenakan Presiden AS Donald Trump ke RI sebesar 32%, banyak negara juga tengah mengajak negosiasi Indonesia untuk semakin memperkuat hubungan dagangnya.

Misalnya, dengan Uni Eropa sedang berlangsung proses penyelesaian perjanjian dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA). Lalu, dengan negara-negara lain, juga ada dalam bingkai Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) hingga BRICS.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, seluruh percepatan penyelesaian kesepakatan perdagangan itu merupakan dampak positif dari pemberlakuan tarif resiprokal yang dikenakan AS terhadap seluruh negara mitra dagang utamanya.

"Jadi itu sebenarnya mungkin sisi positif dari semakin banyaknya pembahasan seperti Indonesia dengan Eropa, kita lakukan juga Indonesia dan Cina," tegas Sri Mulyani dalam program First On CNBC, dikutip Senin (28/4/2025).

Pembahasan percepatan kesepakatan kerja sama itu ia tegaskan bukan berarti Uni Eropa hingga China menjadi negara yang lebih penting bagi Indonesia ketimbang AS. Melainkan, sebatas respons negara-negara dunia terhadap efek dari perang dagang yang diluncurkan Presiden AS Donald Trump, yang berpotensi menekan aktivitas ekspor impor, hingga pertumbuhan ekonomi.

Meskipun, porsi dagang Indonesia dengan AS menurut Sri Mulyani sebetulnya sangat minim, hanya setara dengan 2% dari produk domestik bruto (PDB). Sedangkan, porsi ekspor terhadap total PDB pun juga hanya 20%.

"Tetapi bukan berarti apa yang sebenarnya terjadi tidak penting. Hal ini tidak hanya memengaruhi Indonesia, tetapi juga kawasan ini dan seluruh dunia. Banyak negara kemudian mulai melihat bagaimana kita dapat mendiversifikasi tujuan ekspor dari Amerika Serikat," ucap Sri Mulyani.

Oleh sebab itu, mau tidak mau seluruh negara di dunia ini harus mendiversifikasi partner dagangnya, setelah AS bersikap lebih proteksionis di bawah kepemimpinan Trump. Indonesia pun menjadi bagian dari diversifikasi yang membuatnya diajak negara-negara lain untuk mempercepat kesepakatan perdagangan komprehensif.

"Jadi pemicu ini, yang mungkin merupakan sisi positif, banyak pembahasan tentang perjanjian perdagangan yang terhenti atau belum membuat kemajuan, sekarang mereka berpikir bahwa kita benar-benar harus membuat kemajuan, kita benar-benar harus mencapai kesepakatan karena alternatifnya adalah tidak ada," tegas Sri Mulyani.

Ketua tim negosiasi tarif resiprokal AS, yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga telah mengungkapkan hal serupa dengan yang disampaikan Sri Mulyani.

Ia mengatakan, meski negosiasi tarif dengan AS terus jalan, pemerintah harus tetap menjalin kerja sama dengan negara lain untuk diversifikasi tujuan perdagangannya sebagai pasar alternatif.

"Indonesia baru masuk menjadi BRICS dan ini juga menjadi akses pasar yang baru dan juga aksesi Indonesia di dalam CPTPP. Nah itu akan membuka pasar baru, baik itu UK, kemudian Meksiko, dan beberapa negara Latin Amerika lain," kata Airlangga saat konferensi pers Perkembangan Lanjutan Negosiasi Dagang Indonesia-Amerika Serikat, Jumat.

Dengan Eropa, Airlangga mengatakan, pembahasan IEU-CEPA yang telah terkatung-katung selama 8 tahun atau sejak dibahas pada 18 Juli 2016 bahkan kini dipercepat oleh komisionernya.

"Kami sudah berkomunikasi dengan Komisioner IEU-CEPA dan mereka sekarang sangat terbuka serta ingin agar IEU-CEPA ini segera diselesaikan. Ini perubahan yang cukup mendasar," ujar Airlangga.


(arj/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Sri Mulyani: KSSK Bersiap Mitigasi Dampak Perang Dagang Global

Next Article Sri Mulyani Wanti-Wanti Risiko Perang Dagang Jilid II Trump

Read Entire Article
| | | |