Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Kamboja dan Thailand masih terus memanas. Hal ini dipicu sengketa teritorial antara dua negara Asia Tenggara itu, yang bahkan sempat memancing baku tembak mematikan beberapa hari lalu.
Mengutip Independent, Selasa (10/6/2025), Kementerian Pertahanan Kamboja mengatakan bahwa pasukan negara itu belum ditarik dari sebidang tanah di wilayah Preah Vihear, yang kepemilikannya diperebutkan dengan sengit oleh negara tetangga Thailand. Diketahui, Preah Vihear, yang juga menjadi tempat kompleks kuil kuno, telah menjadi titik nyala antara kedua negara.
"Tidak ada penarikan pasukan. Pasukan Kamboja belum ditarik dari wilayah manapun di bawah kedaulatan Kamboja, yang menjadi tempat mereka ditugaskan untuk waktu yang lama," ujar kementerian Phnom Penh itu.
Pernyataannya juga menegaskan kembali klaim teritorial Kamboja yang tidak hanya mencakup Preah Vihear, tempat tentara tersebut tewas, tetapi juga tiga bidang tanah lain yang disengketakan.
Pihak berwenang Kamboja dan Thailand terlibat dalam konfrontasi bersenjata di perbatasan pada tanggal 28 Mei yang menewaskan seorang tentara Kamboja. Insiden tersebut dilaporkan terjadi di "tanah tak bertuan" yang relatif kecil, yang merupakan wilayah di sepanjang perbatasan mereka yang diklaim oleh kedua negara sebagai milik mereka.
Walau begitu, Menteri Pertahanan Kamboja Tea Seiha sendiri pada hari Minggu telah melukiskan gambaran yang sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa para pemimpin militer Kamboja dan Thailand telah bertemu dan memutuskan untuk menyesuaikan pasukan militer kedua belah pihak untuk kembali ke daerah yang sesuai guna mengurangi ketegangan.
Hal ini sesuai dengan apa yang diumumkan Menteri Pertahanan Thailand Phumtham Wechayachai pada hari Minggu, bahwa kedua belah pihak telah menarik pasukan mereka ke tempat mereka berada pada tahun 2024. Itu terjadi setelah Thailand mulai menutup atau membatasi jam penyeberangan di beberapa dari banyak pos pemeriksaan.
Pembicaraan di kedua belah pihak sebagian besar ditujukan untuk menggalang dukungan nasionalis di antara audiens domestik mereka sendiri. Di Thailand, pemerintahan terpilih Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra telah diserang oleh kaum nasionalis sayap kanan yang merupakan musuh lama ayahnya, mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.
Tahun lalu, pemerintahan Paetongtarn diserang oleh sayap kanan karena mengusulkan untuk melanjutkan perundingan dengan Kamboja mengenai demarkasi wilayah maritim yang diyakini menyimpan sumber daya hidrokarbon yang menguntungkan.
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet minggu lalu berjanji untuk membawa kasus keempat wilayah yang saat ini disengketakan ke pengadilan untuk menentukan kepemilikan, bahkan jika Thailand tidak ikut dalam banding tersebut, untuk "mengakhiri masalah ini dan memadamkannya untuk selamanya sehingga tidak ada lagi kebingungan."
(tps/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Perlindungan Baru Udara AS Jadi Proyek Termahal di Dunia
Next Article Video: 1.235 WNI Jadi Korban Perdagangan Orang di Kamboja - Myanmar