10 Negara Paling Banyak Utang ke IMF per September 2025

1 day ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia- Sejumlah negara masih memiliki utang besar ke Dana Moneter Internasional (IMF).

Data terbaru per 2 September 2025 menunjukkan, posisi kredit IMF yang masih beredar (IMF Credit Outstanding) mencapai SDR 119,99 miliar atau setara US$ 156,8 miliar (Rp 2.570 triliun, kurs Rp16.400/US$).

Argentina tetap menjadi peminjam terbesar dengan beban utang SDR 41,79 miliar atau sekitar US$ 54,65 miliar (Rp 896,3 triliun). Angka ini naik setelah negara tersebut menerima pencairan baru sebesar SDR 1,53 miliar pada Agustus lalu.

Ukraina berada di posisi kedua dengan total utang US$ 13,91 miliar (Rp 228,2 triliun), sedikit turun setelah melakukan pembayaran cicilan sebesar SDR 161 juta. Sementara itu, Mesir menempati posisi ketiga dengan US$ 9,40 miliar (Rp 154,1 triliun), diikuti Pakistan dan Ekuador yang masing-masing menanggung utang lebih dari US$ 8 miliar.

Sejumlah negara Afrika juga masuk dalam daftar 10 besar, antara lain Pantai Gading, Kenya, Ghana, serta Angola. Bangladesh turut menambah daftar negara Asia yang masih bergantung pada talangan IMF. Situasi ini menunjukkan bahwa tekanan global, mulai dari defisit transaksi berjalan, pelemahan mata uang, hingga harga pangan-energi, masih membuat banyak negara kesulitan lepas dari jeratan utang IMF.

Diketahui, untuk satu SDR ke dolar AS mencapai US$ 1,3078 per 5 Februari lalu. IMF menggunakan SDR atau Special Drawing Rights yang merupakan instrumen keuangan yang dapat digunakan untuk transaksi keuangan negara-negara anggotanya.

Nilai SDR sendiri sendiri merupakan gabungan dari lima mata uang, yakni dolar Amerika Serikat (AS), euro, yuan China, yen Jepang, dan poundsterling Inggris, dengan bobot yang berbeda-beda. Dolar AS, seperti biasa, menjadi yang paling besar bobotnya, disusul euro dan yuan.

IMF hadir untuk memberikan dukungan kepada negara-negara pencari pinjaman untuk mengatasi krisis ekonomi, menstabilkan mata uang, mengimplementasikan reformasi struktural, dan meringankan kesulitan neraca pembayaran.

Lembaga internasional tersebut muncul karena banyak negara mengalami kehancuran ekonomi akibat depresi besar dan Perang Dunia II. IMF telah mengalami berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam memenuhi misi utamanya untuk mengawasi sistem moneter, menjamin stabilitas nilai tukar dan menghapuskan pembatasan yang menghambat atau memperlambat perdagangan.

Bagi banyak negara, IMF telah menjadi organisasi yang menjadi tempat bergantung selama masa-masa kesulitan ekonomi. Ketika sebuah negara meminta pinjaman, IMF akan memberikan negara tersebut uang yang dibutuhkan untuk membangun kembali atau menstabilkan mata uangnya, membangun kembali pertumbuhan ekonomi, dan terus membeli impor.

Dengan total yang mencapai ratusan miliar dolar AS, utang ini menjadi tantangan besar bagi negara-negara berkembang untuk menjaga stabilitas ekonomi. Bagi IMF sendiri, kelancaran pembayaran tetap penting demi menjaga kredibilitas lembaga keuangan global tersebut.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
| | | |