Ahli Parenting Ungkap Pola Asuh yang Bikin Anak Sukses

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pola asuh dinilai sangat penting dalam menentukan masa depan anak. Kendati demikian, tidak sedikit orang tua yang masih bingung dalam menerapkan pola asuh yang cocok untuk anak mereka.

Dokter anak dari Amerika Serikat, dr. Mona Amin mengatakan bahwa pola pengasuhan otoriter dan otoritatif banyak dipilih oleh para orang tua. Hanya saja keduanya banyak yang tertukar dalam penerapannya. Berikut perbedaan dua pola pengasuhan tersebut.

Pola Asuh Otoriter

dr. Mona Amin menggambarkan gaya pengasuhan otoriter sebagai pendekatan yang kaku dan keras. Gaya pengasuhan ini mengharuskan orang tua untuk mengendalikan dan mengontrol anak secara penuh, tapi tidak memberikan kehangatan atau perlindungan.

Pola asuh macam ini memang dapat membuat anak patuh pada peraturan. Hanya saja, anak akan sulit bersosialisasi.

Ilustrasi Anak.Foto: (Caleb Oquendo: https://www.pexels.com)

"Tidak banyak diskusi. Tidak banyak kerja sama. Jadi, bayangkan orang tua yang berkata, 'Lakukan' karena saya bilang begitu," kata Mona Amin.

Orang tua yang otoriter tidak mengomunikasikan batasan kepada anak. Sebaliknya, mereka memberikan hukuman saat anak berperilaku dengan cara yang tidak mereka setujui. Bahkan hukuman tersebut sering kali tidak masuk akal untuk situasi tersebut.

"Orang tua yang otoriter akan berkata, 'Jangan menangis. Kamu tidak boleh main," kata Amin.

"Jadi, tidak ada pengakuan atas perasaan, dan ada ancaman," ungkapnya.

Meskipun gaya ini mungkin akan membuat anak menjadi penurut dalam jangka pendek, gaya ini dapat merusak anak-anak dalam jangka panjang. Orang dewasa yang dibesarkan dalam pola asuh seperti ini tidak tahu cara mengomunikasikan perasaan mereka dan lebih rentan terhadap kecemasan dan gangguan kesehatan mental.

Psikolog perkembangan dan penulis Aliza Pressman berpendapat bahwa efek langsung dari pola asuh otoriter pun tidak positif. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga otoriter merasa lebih takut daripada terhubung dengan orang tua mereka, yang dapat mengakibatkan mereka menempatkan diri mereka dalam situasi berbahaya karena berbohong demi menghindari hukuman.

Pola Asuh Otoritatif

Otoritatif merupakan jenis pola asuh yang paling berdampak positif untuk anak dibandingkan jenis pola asuh lainnya.

Pola asuh ini dilakukan dengan cara menerapkan peraturan yang jelas dan tegas pada anak. "Ada harapan yang tinggi, tetapi juga dukungan yang tinggi untuk harapan tersebut," kata dr. Amin.

Jika orang tua mengharapkan anak mereka untuk membersihkan kamar dan si kecil gagal melakukannya, reaksinya bukanlah hukuman. Sebaliknya, orangtua akan berbicara kepada anak tentang mengapa penting untuk merapikan, memvalidasi emosi apa pun yang mereka miliki -- misal jika anak menganggapnya sulit atau membebani-- tetapi kemudian pada akhirnya mengharuskan mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Jenis pengasuhan anak seperti ini mungkin memerlukan lebih banyak kesabaran, tapi memiliki efek jangka panjang yang baik. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung mampu mengendalikan emosi, lebih mandiri, bertanggung jawab, kooperatif, dan terbuka.

"Penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya gaya pengasuhanlah yang menghasilkan anak-anak dan orang dewasa yang lebih kompeten dan terkendali emosinya, yang lebih baik dalam menangani stres hidup atau ketahanan," kata Amin.

Anak-anak cenderung merasa lebih aman dengan orang tua yang berwibawa, bukan hanya karena ada lebih banyak empati tetapi juga karena aturan dikomunikasikan dengan jelas.

"Mereka dipandu oleh pagar pembatas yang menurut Anda pantas dan aman karena Anda memiliki batasan dan batasan, tetapi dalam batasan dan batasan tersebut, ada cukup kebebasan sehingga mereka merasa aman untuk mengekspresikan diri dan menjadi diri mereka sendiri," katanya.

Sebagai orang dewasa, mereka kemudian memiliki lebih banyak agensi karena mereka memercayai penilaian mereka sendiri. Mereka telah belajar cara mengatur emosi mereka dan mampu memiliki hubungan yang lebih baik.

"Ruang gerak yang diberikan orang tua kepada anaknya saat ia mengamuk dapat membuat anak menjadi lebih penurut. Ketika Anda merasa dicintai karena siapa diri Anda dan bukan karena bagaimana Anda berperilaku, Anda cenderung berperilaku lebih baik dalam jangka panjang," ungkap Pressman.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Di Balik Layar Pabrik Maklon Kosmetik Korea

Next Article Cara Membangun Mental Tangguh Anak ala Finlandia, Simak Yuk!

Read Entire Article
| | | |