Daftar 20 Negara Penyumbang Defisit Dagang AS, RI Nomor Segini

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan global mengalami situasi yang tidak menentu. Hal ini dipicu oleh kebijakan tarif respirokal yang diluncurkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Trump mengenakan kebijakan ini 185 negara, termasuk Indonesia.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan Indonesia menempati posisi ke-15 dalam daftar negara yang menyumbangkan defisit neraca perdagangan terbesar terhadap Amerika Serikat (AS). Sementara itu, posisi pertama ditempati oleh China

"Kemudian defisit perdagangan AS terbesar dengan China memberikan kontribusi defisit neraca perdagangan dengan 20 mitra terbesar AS sebesar 23%. Indonesia menjadi negara ke 15 penyumbang defisit terbesar dengan AS," papar Amalia, dalam rilis neraca perdagangan BPS, Senin (21/4/2025).

Dalam slide BPS, China memberikan share sebesar 23,07% pada defisit neraca perdagangan AS per 2 April 2025. Kemudian posisi kedua ada Meksiko 12,72%., disusul oleh Vietnam 9,35% dan Jerman 6,36%. Sementara itu, Indonesia di posisi ke-15 dengan share 1,40%. Posisi Indonesia sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan Thailand dan Malaysia yang ada di posisi masing-masing 11 dan 14 dengan share 3,49% dan 1,89%.

Kepada Indonesia, AS mengenakan tarif respirokal sebesar 32%, sementara kepada Malaysia hanya sebesar 24%. Indonesia saat ini masih melakukan negosiasi dengan pemerintahan Trump. Tim Negosiasi Teknis RI pun sudah berangkat ke AS, dipimpin oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Indonesia mengharapkan dapat disepakati format, mekanisme dan jadwal negosiasi dengan target waktu 60 hari.

Dalam pertemuan dengan United States Trade Representative pada Jumat lalu (18/4/2025), Airlangga mengatakan pihaknya dan AS melakukan pembahasan soal pendalaman atas penawaran dan permintaan tersebut mencakup penyelesaian berbagai hambatan non-tarif antara lain perizinan impor, digital trade dan Customs Duties on Electronic Transmissions (CDET), pre-shipment inspections dan kewajiban surveyor, dan local content untuk industri.

Rilis BPS Senin, (21/4/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)Foto: Rilis BPS Senin, (21/4/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)
Rilis BPS Senin, (21/4/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)

"Pembahasan juga mencakup implementasi tarif resiprokal, tarif sektoral dan tarif dasar, dan isu akses pasar," ungkap Airlangga dalam rilisnya.

Terkait pembahasan format, prosedur, dan tahapan negosiasi, kedua belah pihak sedang mengkaji dan mempersiapkan masukan berdasarkan tenggat waktu penundaan tarif selama 90 hari, dan mendorong adanya posisi bersama dalam waktu 60 hari. Kedua belah pihak mendorong dialog dalam waktu secepat-cepatnya untuk mencapai kesepakatan.

Tarif Resiprokal hingga 47%

Sebelumnya, Airlangga menyoroti produk-produk unggulan Indonesia ke Negeri Paman Sam bisa dikenakan tarif hingga mencapai 47%. Tarif ini lebih mahal dibanding dengan yang dikenakan ke negara pesaing lainnya, di ASEAN.

"Kami tegaskan bahwa selama ini yang tarif tidak level playing field diterapkan AS, termasuk dengan negara pesaing kita di ASEAN bisa diberikan adil, dan kita ingin diberikan tarif yang tidak lebih tinggi," tegas Airlangga dalam konferensi pers online, Jumat lalu (18/4/2025).

Dia mengungkapkan meskipun saat ini tarif tinggi sebesar 32% didiskon sementara menjadi 10% selama 3 bulan. Namun, AS tetap menerapkan tarif proteksionis untuk barang-barang tekstil dan garmen asal Indonesia dengan nilai sebesar 10%-37%. Adapun, jika ini diakumulasi, maka komoditas asal Indonesia bisa dikenakan tarif berkisar 20%-47%.

"Meski saat ini tarif 10% untuk 90 hari, di tekstil, garmen, ini kan sudah ada tarif 10-37%, maka 10% tambahan bisa 10+10 atau 37+10," ujar Airlangga. Hal ini menjadi perhatian pemerintah dalam negosiasi dengan AS.

"Ini concern kita karena ekspor kita biayanya lebih tinggi, karena ini di-sharing kepada pembeli dan juga ke Indonesia sebagai pengirim," tegasnya.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pantang Mundur! China Tak Gentar Lawan Ancaman Tarif Trump

Next Article BPS: Ekspor RI Capai US$24,01 M, Turun 1,7% di November 2024

Read Entire Article
| | | |