Efek Horor Tarif Trump ke Jepang Nyata Kejadian, Ini Bukti Terbarunya

5 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia- Bayang-bayang tarif dagang yang digaungkan Presiden AS Donald Trump mulai berdampak nyata di Jepang. Aktivitas manufaktur Negeri Sakura kembali terkontraksi pada April 2025, menandai bulan ke-10 berturut-turut industri pabrikannya melemah.

Survei final dari au Jibun Bank, Purchasing Managers' Index (PMI) industri manufaktur Jepang menunjukkan angka 48,7 untuk April, naik tipis dari 48,4 di bulan Maret. Meski lebih baik dari estimasi awal 48,5, angka ini tetap berada di bawah ambang batas 50,0 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi. Artinya, industri manufaktur Jepang masih lesu.

"Situasi bisnis terus melemah di seluruh industri manufaktur Jepang pada April," ujar Annabel Fiddes, Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence, lembaga yang menyusun survei ini, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (1/5/2025).

Penurunan permintaan ekspor menjadi penyebab utama. PMI pesanan baru ekspor Jepang tercatat menyusut pada laju tercepat sejak Oktober 2024, menyusul lemahnya permintaan dari pasar utama seperti China, Eropa, dan Amerika Serikat.

Lebih lanjut, permintaan untuk produk unggulan Jepang seperti semikonduktor dan peralatan mesin juga melemah. Pelaku industri mencatat bahwa konsumen global mulai menahan belanja, didorong ketidakpastian tarif dan perlambatan global.

Trump Effect kembali jadi biang kerok. Kebijakan tarif impor Presiden Trump atas beragam produk termasuk mobil, ekspor andalan Jepang kian menekan prospek perdagangan dunia. Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Kepala negosiator perdagangan Jepang, Ryosei Akazawa, dijadwalkan menggelar pertemuan putaran kedua dengan Washington pekan ini untuk menuntut pencabutan penuh tarif AS.

Namun tekanan belum berakhir. Kepercayaan bisnis merosot ke level terendah sejak Juni 2020. "Perusahaan kemungkinan akan kesulitan melihat pemulihan kondisi kecuali terjadi perbaikan nyata pada permintaan domestik maupun global," ujar Fiddes.

Dari sisi biaya, beban input memang tumbuh paling lambat dalam setahun terakhir, tetapi tetap menjadi tantangan. Biaya transportasi, energi, tenaga kerja, dan bahan baku masih tinggi dan menekan margin produsen Jepang.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
| | | |