Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar Indonesia terdampak oleh berbagai kondisi global sepanjang Semester I-2025, seperti konflik geopolitik, proteksionisme dagang, hingga rotasi arus modal global. Dalam laporan Semester I-2025, Henan Asset Management (Henan Asset) menyebutkan di tengah situasi yang berubah cepat, investor dituntut untuk membaca sinyal pasar secara menyeluruh, bukan hanya bereaksi pada gejolak sesaat.
Namun, memasuki paruh kedua 2025, lanskap investasi Indonesia diproyeksikan mulai memasuki fase stabilisasi, meskipun ketidakpastian global masih membayangi. Beberapa indikator makro mulai menunjukkan arah yang lebih konstruktif, seperti stabilnya harga komoditas global, perbaikan sentimen manufaktur di kawasan Eropa dan Asia Timur, serta ekspektasi likuiditas global yang lebih longgar. Proyeksi tersebut tetap bersifat kondisional terhadap perkembangan sejumlah variabel kunci yang perlu dicermati.
Suku Bunga BI Mulai Longgar, Risiko Eksternal Tetap Jadi Perhatian
Bank Indonesia akhirnya memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin sebagai langkah awal untuk mendukung pemulihan sektor riil. Dengan inflasi yang turun ke kisaran 2,8% YoY per Juni dan tekanan imported inflation yang mulai mereda, ruang pelonggaran moneter terbuka lebih jelas.
Namun, langkah BI ini tetap diiringi sikap hati-hati, mengingat risiko eksternal masih tinggi, terutama ketidakpastian arah kebijakan The Fed dan potensi volatilitas di pasar keuangan global. Ke depan, arah kebijakan BI akan sangat ditentukan oleh stabilitas nilai tukar, perkembangan inflasi domestik, serta kemampuan menjaga daya tarik aset dalam negeri di tengah dinamika aliran modal.
Kebijakan Tarif AS: Proteksionisme AS Jadi Tantangan Nyata Ekspor RI
Pemerintahan Trump resmi memberlakukan tarif 19% terhadap sejumlah produk ekspor utama Indonesia, menandai fase baru dari tensi dagang global yang kian nyata. Langkah ini menjadi pukulan langsung bagi daya saing sektor-sektor seperti tekstil, otomotif, dan elektronik konsumer, yang selama ini mengandalkan pasar AS sebagai salah satu tujuan utama.
Di tengah tahun politik, retorika proteksionis diperkirakan masih akan berlanjut dan bahkan bisa meluas ke sektor lain. Bagi Indonesia, kebijakan tarif ini bukan hanya berdampak pada kinerja ekspor non-komoditas, tetapi juga memperbesar volatilitas di pasar keuangan.
Sebagai respons, strategi jangka pendek pemerintah akan berfokus pada diversifikasi mitra dagang, perluasan pasar non-tradisional, serta penguatan rantai pasok dan nilai tambah domestik agar tidak terlalu bergantung pada pasar dan kebijakan negara tertentu. Hal ini menjadi sinyal bagi investor agar lebih jeli memilih saham yang tahan akan tekanan global dan tidak terlalu bergantung pada ekspor ke AS.
MSCI Inclusion: Peluang Arus Dana Masuk
Berita mengenai rencana peninjauan MSCI atas kemungkinan kenaikan bobot saham Indonesia di indeks emerging markets membuka peluang masuknya aliran dana pasif tambahan. Beberapa emiten dengan likuiditas dan kapitalisasi besar yang telah memenuhi kriteria free float dan governance diperkirakan akan mendapat manfaat langsung, termasuk saham-saham sektor perbankan dan komoditas yang sudah menjadi proxy utama pasar Indonesia.
Jika revisi bobot disahkan pada periode review November mendatang, potensi inflow yang bersifat pasif dapat memberikan tambahan likuiditas dan memperkuat posisi IHSG di level psikologis baru. Namun, implikasi ini bersifat jangka pendek dan tetap bergantung pada sentimen global secara keseluruhan.
Semester I-2025 memberi pelajaran penting bahwa pasar Indonesia sangat sensitif terhadap sentimen global. Oleh karena itu, strategi investasi seharusnya tidak hanya terpatok pada kemampuan merespons cepat, tapi juga harus terarah dan terukur. Langkah mitigasi risiko juga perlu ditingkatkan dengan memantau ketat perkembangan geopolitik, fluktuasi harga minyak, dan kebijakan tarif AS.
Di tengah tantangan ini, optimalisasi aset domestik melalui investasi pada proyek strategis nasional yang dikembangkan Danantara dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang.
Adapun Henan Asset percaya setiap fase pasar membawa nuansa tersendiri, dan memastikan investor tidak hanya mengejar peluang, tapi mampu menavigasinya dengan presisi dan ketahanan. Henan Asset berharap bisa membantu memastikan langkah Anda tetap ternavigasi, terarah, dan satu langkah di depan.
(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Daftar 10 Orang Terkaya di Indonesia per Juni 2025