Jakarta, CNBC Indonesia - Misteri Segitiga Bermuda yang selama ini dikaitkan dengan hilangnya kapal dan pesawat disebut-sebut telah terpecahkan. Klaim ini disampaikan oleh oseanografer Simon Boxall dari University of Southampton, Inggris.
Terletak di antara ujung selatan Florida, Puerto Riko, dan Pulau Bermuda di utara, kawasan ini telah memicu spekulasi dan rasa penasaran selama bertahun-tahun.
Segitiga Bermuda disebut bertanggung jawab atas hilangnya lebih dari 50 kapal dan 20 pesawat. Catatan mengenai kawasan bahkan sudah ada sejak zaman Christopher Columbus. Dalam buku hariannya pada pelayaran pertama ke "Dunia Baru" tahun 1492, Columbus menulis tentang jarum kompas yang berputar tidak wajar, cahaya aneh di kejauhan, serta gumpalan air putih misterius.
Soal Segitiga Bermuda, Boxall menjelaskan bahwa fenomena "rogue waves" atau gelombang raksasa bisa menjadi penyebab utama hilangnya puluhan kapal dan pesawat di kawasan Atlantik Utara tersebut.
Gelombang ini terbentuk akibat pertemuan badai dari arah selatan, utara, dan terkadang Florida, sehingga menciptakan hempasan setinggi lebih dari 30 meter.
Ia menambahkan, kapal yang terjebak gelombang setinggi itu sangat rentan terangkat di antara puncak gelombang, sehingga bisa patah menjadi dua.
"Gelombang itu sangat curam dan tinggi. Kapal yang terjebak bisa terangkat di antara dua puncak gelombang dan patah menjadi dua. Makin besar kapalnya, makin parah kerusakannya," ujar Boxall dalam dokumenter Channel 5 The Bermuda Triangle Enigma.
Tim Boxall bahkan melakukan simulasi menggunakan model USS Cyclops, kapal angkut milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang hilang pada tahun 1918 bersama 309 awaknya. Hasil simulasi menunjukkan kapal bisa tenggelam dalam dua hingga tiga menit jika dihantam gelombang raksasa.
"Bayangkan gelombang raksasa dengan puncak di kedua ujungnya, sementara di bawah kapal tidak ada penopang. Kapal bisa patah dua dan tenggelam hanya dalam dua sampai tiga menit," jelasnya.
Meski begitu, klaim Boxall menuai keraguan. Badan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) menegaskan tidak ada bukti ilmiah bahwa Segitiga Bermuda lebih berbahaya dibanding wilayah laut lain yang ramai dilalui.
NOAA menilai sebagian besar insiden dapat dijelaskan oleh faktor lingkungan, termasuk kondisi perairan dangkal di sekitar Laut Karibia yang berisiko bagi navigasi kapal.
"Faktor lingkungan dapat menjelaskan sebagian besar, bahkan hampir semua, peristiwa hilangnya kapal. Banyaknya pulau di Laut Karibia menciptakan area perairan dangkal yang bisa sangat berbahaya bagi navigasi kapal," kata pihak NOAA.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]