Jakarta, CNBC Indonesia — PT Bank Nano Syariah alias Nanobank Syariah memiliki rencana untuk ekspansi menjadi lebih besar. Seperti diketahui, bank umum syariah (BUS) hasil spin off dari PT Bank Sinarmas Tbk. (BSIM) baru berusia satu tahun.
Direktur Utama Nanobank Syariah, Halim mengatakan pihaknya memiliki angan-angan untuk bisa menambah modal untuk "naik kelas". Per semester I-2025, Nanobank Syariah memiliki total aset sebesar Rp6,01 triliun, menjadi yang terkecil di industri perbankan syariah nasional. Pada periode yang sama, modal inti Nano Syariah sebesar RP 1,14 triliun.
"Modal matters, sizing juga matters, istilahnya kan. Tapi ya, di Indonesia ini kan segmen ini kan terbuka lebar. Jadi bank gede juga ada [bisnis syariah], BPR juga ada, dan mereka semua hidup," kata Halim saat ditemui di Sentral Senayan 3, Jakarta Selatan, Rabu (3/9/2025).
Meskipun menjadi pemain terkecil di industri perbankan syariah yang pangsa pasarnya juga masih kecil, Halim mengatakan pemasarannya juga banyak. Menurutnya, pemasaran bisa menjadi investasi alternatif yang mendukung bisnis Nanobank Syariah.
"Ya memang modal is matter, tapi kan marketingnya juga banyak, dengan modal-modal seperti ini kan bisa jadi alternatif investasi. Jadi kalau diibaratkan, setiap segmen itu ada wadahnya masing-masing, jadi istilahnya balik lagi, selama perbankan itu sehat, rentabilitasnya terjaga, yang fine-fine aja lah," terang Halim.
Ia mengatakan Nanobank Syariah mengincar semua segmen. Namun, realisasinya diwujudkan dengan modal yang tersedia, dengan memperhatikan tingkat kesehatan bank, seperti rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF).
Tak ketinggalan dengan yang sedang menjadi tren, Nanobank Syariah juga sudah menggarap bisnis emas. Halim menyebut pihaknya sudah memiliki bisnis pembiayaan dan kepemilikan emas
Ke depannya, Nanobank Syariah belum memiliki rencana untuk membentuk kelompok usaha bank (KUB) ataupun mengakuisisi bank lain, dalam rangka memperbesar ukurannya. Halim mengatakan pihaknya harus berbicara dengan pemegang saham pengendali bank itu terkait upaya tersebut.
Saat ini, katanya, Nanobank Syariah sudah menyelesaikan penyesuaian legal lending limit atau batas maksimum penyaluran pembiayaan. Tantangan ke depannya adalah bagaimana dapat tetap bertumbuh secara berkelanjutan.
"Jadi kalau di perbankan syariah itu namanya batas maksimum penyaluran dananya, kita udah selesaikan. Jadi, challenge-nya ya gimana tetap tumbuh kembang, itu aja ya challenge-nya. Dan sampai sejauh ini kita on track semua," ujar Halim.
Ia mengatakan Nanobank Syariah berpotensi melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dalam 4 hingga 5 tahun ke depan. Tetapi, go public bukanlah satu-satunya pilihan untuk berekspansi.
"Jadi kan sebenarnya IPO atau nggak itu kan satu pilihan, tapi yang pentingnya apa, mau [perusahaan] tertutup atau terbuka, adalah tingkat kesehatannya sama rentabilitasnya harus tetap terjaga," imbuh Halim.
Maka demikian, saat ini Nanobank Syariah sedang menstabilkan keuangannya agar kemudian dapat memperbesar ukurannya.
Mengingatkan saja, bank syariah milik Grup Sinar Mas itu resmi beroperasi sejak 1 Januari 2024. Nanobank Syariah menjadi BUS pertama di Indonesia yang didirikan dari hasil pemisahan spin off.
Pemegang saham Nanobank Syariah adalah PT Bank Sinarmas Tbk. (BSIM) dengan kepemilikan 51%, PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) sebanyak 25%, dan PT Asuransi Sinar Mas 24%.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok, BSI (BRIS) Dapat Izin Dirikan Cabang di Arab Saudi