Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi dunia mengalami guncangan yang cukup besar setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meluncurkan tarif resiprokal kepada sekitar 180 negara di dunia. Tidak hanya China dan Meksiko, Indonesia, Vietnam serta negara-negara di Afrika juga dikenakan kebijakan ini.
Indonesia dikenakan tarif sebesar 32%. Tarif ini lebih tinggi jika dibandingkan Singapura sebesar 10% dan Meksiko 25%. Kondisi ini diyakini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Padahal, pemerintah Presiden Prabowo optimistis menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% pada tahun ini. Pertumbuhan ini diyakini tidak akan tercapai, akibat perang dagang ini. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank indonesia (BI) bahkan telah merilis proyeksi terbaru mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia. Keduanya kompak meyakini ekonomi RI akan tumbuh di kisaran 4,7% pada 2025. Keduanya sama-sama merujuk perang dagang sebagai penyebab penurunan proyeksi ekonomi RI.
Adapun, Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB) hingga saat ini belum memberikan update perihal proyeksi terbaru mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut proyeksi ekonomi, berikut ini proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari berbagai instansi:
- Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi melemah pada tahun ini, imbas perang tarif antara negara mitra dagang utama Amerika Serikat dan China.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perang dagang yang menghambat aktivitas perdagangan internasional hingga investasi itu akan membuat ekonomi akan bergerak di kisaran bawah titik tengah 4,7%-5,5%.
"Sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7%-5,5% dipengaruhi tarif AS yang menurunkan ekspor Indonesia ke AS dan penurunan permintaan ekspor dari negara lain," tegas Perry saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia, dikutip Kamis (24/4/2025).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi BI untuk titik bawah yang sebesar 4,7% ini serupa dengan proyeksi IMF terhadap potensi perlambatan ekonomi Indonesia pada tahun ini hingga 2026 yang juga di kisaran 4,7%.
- IMF
Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi cukup tajam menjadi 4,7% pada 2025 dan 2026. Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan ramalan di Januari 2025. Saat itu, IMF memproyeksi ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,1%.
Penurunan proyeksi ini serupa dengan perlambatan ekonomi secara global akibat perang tarif dagang yang tinggi, yang pertama kali diterapkan Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara mitra dagang utamanya, dan dibalas China dengan tarif resiprokal yang juga tinggi.
"Jika terus berlanjut, kenaikan tarif yang tiba-tiba dan ketidakpastian yang menyertainya akan memperlambat pertumbuhan global secara signifikan," kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas saat konferensi pers Selasa malam (22/4/2025) waktu Indonesia.
Untuk inflasi, IMF memperkirakan, di Indonesia akan terjadi pelemahan signifikan, dari 2024 sebesar 2,3% menjadi hanya 1,7% pada 2025, meski pada 2026 kembali naik ke level 2,5%.
Transaksi berjalan atau current account balance, IMF perkirakan Indonesia akan defisit makin dalam dari 0,6% pada 2024 menjadi 1,5% pada 2025 dan berlanjut pada 2026 sebesar 1,6%.
Sedangkan dari sisi pengangguran, persentase perkiraannya akan mengalami kenaikan bertahap, dari 2024 hanya sebesar 4,9%, menjadi 5% pada 2025, dan 5,1% pada 2026.
Proyeksi IMF terbaru ini terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan itu pun lebih rendah dibanding realisasi pada 2024 yang masih mampu tumbuh di kisaran 5%.
Dibanding negara tetangga atau emerging market lainnya, ekonomi Indonesia masih lebih rendah dari Filipina dan Vietnam, walaupun juga sama-sama ada penurunan proyeksi untuk 2025.
Filipina misalnya, IMF proyeksi hanya akan tumbuh 5,5% pada 2025, dari sebelumnya pada 2024 mampu tumbuh 5,7%. Namun, pada 2028, IMF ramal ekonomi Filipina akan bangkit dengan pertumbuhan 5,8% pada 2026.
Sementara itu, Vietnam ekonominya berpotensi drop menjadi hanya akan tumbuh 5,2% pada 2025 dari proyeksi realisasi pada 2024 yang tumbuh 7,1%. Efek pengenaan tarif perdagangan oleh AS akan terus memperdalam laju perlambatan ekonomi Vietnam hingga 2026 menjadi hanya akan tumbuh 4% menurut IMF.
- Bank Dunia
Bank Dunia atau World Bank pun masih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,1% pada 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi dunia yang diproyeksi tumbuh 2,7% tahun ini.
Kendati masih tumbuh di kisaran 5%, Bank Dunia memperingatkan dalam beberapa tahun mendatang, negara-negara berkembang akan membutuhkan 'buku pedoman baru' yang menekankan reformasi domestik untuk mempercepat investasi swasta, memperdalam hubungan perdagangan, dan mempromosikan penggunaan modal, bakat, dan energi yang lebih efisien.
"Sebagian besar kekuatan yang pernah membantu kebangkitan mereka telah menghilang. Sebagai gantinya, muncul hambatan yang menakutkan: beban utang yang tinggi, pertumbuhan investasi dan produktivitas yang lemah, dan meningkatnya biaya perubahan iklim," kata Indermit Gill, Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior untuk Ekonomi Pembangunan Grup Bank Dunia dikutip Kamis (24/4/2025).
Sebagai catatan Bank Dunia juga belum memberikan revisi terkait dengan proyeksi ini.
- ADB
Asian Development Bank (ADB) masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5,0% pada 2025. Ini berdasarkan perkiraan terbaru ADB dalam kajian bertajuk Asian Development Outlook (ADO) edisi Desember 2024. ADB belum melakukan revisi terhadap perkiraan ini.
"Proyeksi pertumbuhan dari kita untuk Indonesia sebesar 5,0% untuk tahun 2024 dan 2025. Itu proyeksi terbaru kita," kata ADB Country Director for Indonesia Jiro Tominaga.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi itu masih didasari oleh tren konsumsi rumah tangga yang masih kuat, belanja infrastruktur publik yang masih akan masif atau besar dari pemerintah, dan investasi yang membaik secara bertahap.
Sementara itu, dari sisi ekspor neto ADB memperkirakan kontribusinya akan sedikit ke PDB karena mulai menguatnya pertumbuhan impor, didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi domestik.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BI Tahan Suku Bunga - Trump Mulai Lunak ke China
Next Article Masato Kanda Remi Jabat Presiden ADB, Gantikan Masatsugu Asakawa