Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan akan ada investasi baru senilai Rp 100 triliun pada November 2025 itu. Investasi raksasa itu berkaitan dengan hilirisasi nikel menjadi cell battery.
"Nanti bulan November ada investasi Rp100 triliun. Sekarang kita akan membangun lagi dari China dan Korea, itu sekitar US$8 miliar yang juga menjadi salah satu yang terbesar dalam mengolah bahan baku nikel hingga menjadi cell battery. Bahkan Presiden Prabowo meminta hingga menjadi mobil listrik," jelas Bahlil dalam siaran persnya, dikutip dalam website resmi Kementerian ESDM, Selasa (22/7/2025)
Semula, Bahlil menyatakan, bahwa hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah, tetapi juga memperkuat ketahanan energi Indonesia. Pada dasarnya, sambung Bahlil, hilirisasi berarti mengolah bahan mentah menjadi barang jadi sehingga tidak ada lagi ekspor bahan mentah karena seluruh proses berada di dalam negeri.
"Jangan lagi mengirim bahan mentah, nilai tambahnya di luar, kita cuman main ekspor material bahan baku. Kalau seperti itu apa bedanya kita dengan zaman VOC. VOC itu 390 tahun mengirim bahan baku yang membuat negara-negara lain candu terhadap sumber daya kita," tegas Bahlil.
Ia menambahkan bahwa selama ini negara-negara lain mendapatkan pasokan bahan baku dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pabrik mereka. Karena itu, sudah saatnya Indonesia sepenuhnya menjalankan program hilirisasi, memproses komoditas hingga menjadi produk jadi.
Sebagai contoh konkret, Bahlil menyebutkan bahwa ekosistem baterai untuk mobil listrik di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai US $20 miliar, telah menempatkan negara kita sebagai produsen baterai terbesar kedua di dunia setelah China.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bocoran Bahlil: RI Butuh Rp 9.249 Triliun Kembangkan Hilirisasi