Jakarta, CNBC Indonesia — Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung berharap agar PT Bank DKI dapat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini ia sampaikan saat rapat terbatas dengan Direksi Bank DKI di Balai Kota Jakarta pada 8 April 2025, terkait gangguan pada layanan IT selama lebih dari seminggu.
"Kalau bisa, Bank DKI ini IPO. [Proses initial public offering (IPO)] Nggak mungkin diselesaikan satu setengah tahun. Maksimal 6 bulan," tegas Pramono sebagaimana dikutip dari unggahan Instagram pribadinya, Rabu (9/4/2025).
Rencana IPO Bank DKI sudah lama berdengung, namun sampai saat ini belum jelas kapan Bank Pembangunan Daerah (BPD) itu akan melantai di BEI.
CNBC Indonesia telah menghubungi Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Cyril Raoul Hakim terkait pernyataan Pramono tersebut, tetapi belum memberikan tanggapan hingga berita ini ditayangkan. Direktur Utama Bank DKI, Agus H. Widodo juga tidak menanggapi permintaan keterangan dari CNBC Indonesia.
Terakhir ditemui pada Oktober lalu, Agus mengatakan pihaknya memilih untuk fokus terlebih dahulu dalam pembentukan kelompok usaha bank (KUB), yakni dengan BPD Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) sebagai anggotanya.
"Setelah itu lihat lagi peluang itu [IPO]," kata Agus selepas peluncuran roadmap Penguatan BPD tahun 2024-2027 di Grand Hyatt, Senin (14/10/2024) lalu.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyebut peluang IPO bank-bank daerah sangat baik. Terlebih, ada beberapa BPD yang membukukan kinerja positif dengan aset yang sudah memenuhi persyaratan OJK untuk melantai di bursa.
Meskipun begitu, Inarno tidak dapat memastikan kapan ada BPD melantai di BEI. Ia mengungkapkan Bank DKI sempat berencana untuk IPO, tetapi urung.
"Bank DKI juga sudah merencanakan, sudah [masuk pipeline]. Tetapi rasanya masih ada penundaan," ungkap Inarno pada kesempatan yang sama.
Ternyata, sebulan kemudian, rencana KUB tersebut batal. Mengutip detikbali, Bank NTT mengungkapkan Bank DKI meminta saham hingga 51% persen dan sejumlah jabatan strategis.
Kini, rencana IPO itu disinggung kembali oleh Gubernur Pramono, dan diminta untuk direalisasikan dalam enam bulan.
Analis Mirae Asset Handiman Soetoyo menilai rencana IPO Bank DKI sulit dilaksanakan dalam waktu dekat. Menurutnya, valuasi Bank DKI bakal bersaing dengan kedua BPD yang sudah tercatat di BEI.
"Setahu saya Bank DKI pernah ada rencana IPO namun berharap di valuasi Price to Book Value (PBV) minimal 1 kali. Sedangkan sesama BPD selama beberapa tahun terakhir diperdagangkan dengan valuasi PBV jauh di bawah 1 kali," terang Handiman saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (9/4/2025).
Dia menjelaskan saat ini saham BPD lainnya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) diperdagangkan di PBV 0,52 kali, sedangkan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) di PBV 0,58 kali. Artinya saham BJTM hanya 52% dari nilai bukunya, dan BJBR hanya 58% dari nilai bukunya.
"Investor tentu akan membandingkan valuasi Bank DKI dengan kedua bank tersebut," ungkap Handiman.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump Bikin Rupiah Dekati Rp17.000 per Dolar AS, Apa Dampaknya?
Next Article Intip Nasib Bank Kecil & Menengah RI di Tengah Perang Likuiditas