Harga Minyak Dunia Kembali Tertekan, Ini Penyebabnya

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia kembali tertekan pada penutupan perdagangan hari Senin atau Selasa (29/04/2025) waktu Indonesia, dipicu kombinasi kekhawatiran terhadap pelemahan permintaan global dan ketidakpastian geopolitik di tengah tensi perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.

Harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2025 ditutup turun 0,18% ke level US$65,74 per barel, menurut data Refinitiv. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak serupa terkoreksi 0,13% ke US$61,97 per barel.

Koreksi harga minyak terjadi masih di tengah kabar simpang siur soal pembicaraan dagang antara AS dan China. Di satu sisi, DC sempat mengisyaratkan rencana pengurangan tarif, namun Beijing membantah adanya negosiasi khusus. Ketidakpastian ini membebani prospek permintaan energi, mengingat kedua negara merupakan konsumen minyak terbesar dunia.

Di sisi lain, pasar juga mencerna dinamika baru dalam strategi energi AS. Berdasarkan analisis OilPrice.com, Presiden Donald Trump kini mendorong harga minyak agar tetap berada dalam kisaran US$40-80 per barel guna melindungi industri shale oil domestik sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi. Tekanan politik terhadap OPEC+, terutama terhadap Arab Saudi, diperketat dengan ancaman legislasi seperti RUU NOPEC yang bisa membuka pintu gugatan terhadap negara-negara kartel.

Kondisi ini semakin memberatkan posisi Arab Saudi yang kini membutuhkan harga Brent minimal US$90,9 per barel untuk menyeimbangkan anggarannya. Dengan harga spot saat ini jauh di bawah ambang tersebut, Saudi menghadapi tekanan fiskal besar hingga memangkas proyek ambisius seperti NEOM City secara drastis.

Pasar kini menanti serangkaian data ekonomi yang bisa memperjelas arah permintaan. Dari AS, laporan ketenagakerjaan, data inflasi PCE, dan pertumbuhan PDB kuartal I akan menjadi katalis utama. Dari Asia, perhatian tertuju pada rilis PMI manufaktur China yang akan menguji kekuatan sektor industri kawasan.

Jika data pekan ini memperkuat tanda-tanda perlambatan ekonomi, harga minyak bisa kembali melemah. Namun, jika ada kejutan positif dari sisi permintaan, ruang pemulihan harga minyak tetap terbuka, terutama menjelang musim panas yang biasanya meningkatkan konsumsi energi global.

CNBC Indonesia


(emb/emb)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Emiten Tebar Dividen, Seberapa Kuat IHSG Bertahan di 6.700-an?

Next Article Stok Minyak Mentah AS Tumpah-Tumpah, Harga Minyak Dunia Turun

Read Entire Article
| | | |