100 Hari Trump: Rupiah Sengsara, Sempat Kritis Hingga Dekati Rp 17.000

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama kepemimpinan Presiden AS, Donald Trump terpantau sangat jelas terlihat. Kebijakan serta berbagai pernyataan yang dilontarkan Trump memberikan dampak signifikan bagi fluktuasi rupiah. Rupiah bahkan nyaris mendekati Rp 17.000.

Untuk diketahui, pada Selasa (29/4/2025) kemarin resmi menjadi 100 hari pertama kembalinya Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS untuk periode kedua yang tidak berurutan.

Pasar rupiah sempat mengalami masa-masa sangat berat dalam 100 hari Trump, terutama setelah pengumuman kebijakan tarif ke seluruh negara dan tarif resiprokal pada 2 April lalu.
Indonesia dikenai tarif resiprokal sebesar 32% namun tarif ini masih ditunda karena ada negosiasi.

Salah satu yang menjadi perhatian yakni pada 9 April 2025 atau hari kedua perdagangan usai libur Lebaran 2025.

Dilansir dari Refinitiv, pada pukul 09:40 WIB di tanggal 9 April 2025, rupiah sempat menyentuh Rp16.950/US$ dan terus tertekan hingga titik terlemahnya pada Rp16.970/US$ pada pukul 11:03 WIB.

Kendati demikian, pada akhirnya rupiah ditutup pada level Rp16.860/US$ atau sama dengan penutupan perdagangan Selasa (8/4/2025).

Bank Indonesia (BI) langsung mengambil langkah intervensi pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang tengah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Intervensi BI terlihat jelas sekitar pukul 11:04-14.59 WIB di saat rupiah tampak mengalami penguatan secara konsisten. Bahkan apresiasi rupiah yang paling jelas terlihat ketika BI melakukan intervensi yakni dalam rentang pukul 12:28-14:20 WIB.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan, pelemahan rupiah dipicu oleh keputusan Trump, yang secara tiba-tiba memutuskan kenaikan tarif produk China sebesar 104%.

Performa Rupiah di Era Trump 1.0 dan 2.0

Pantauan CNBC Indonesia Research pada 100 hari pertama Trump menjabat, rupiah mengalami depresiasi sekitar 2,41%. Sementara hal ini berbeda dengan 100 hari pertama Trump menjabat di 2017, yang pada saat itu rupiah cenderung lebih stabil bahkan menguat tipis sebesar 0,3%.

Bahkan rupiah cukup stabil hingga September 2017 atau sekitar delapan bulan usai Trump dilantik sebagai Presiden AS.

Selama 100 hari pertama kepresidenan Trump pada 2017, rupiah menunjukkan stabilitas yang didukung oleh berbagai faktor ekonomi. Pada periode tersebut, ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang cukup baik, dengan pertumbuhan mencapai 5,06% pada kuartal ketiga. Selain itu, Indonesia diakui sebagai salah satu tujuan investasi yang menarik, menduduki peringkat ke-4 dalam survei United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD).

Kendati awalnya ada kekhawatiran tentang dampak kebijakan Trump terhadap ekonomi global, rupiah tetap stabil di sekitar Rp13.300/US$ selama beberapa bulan pertama tahun itu. Stabilitas ini juga diperkuat oleh pengakuan dari lembaga pemeringkat internasional seperti Standard & Poor's, Moody's, dan Fitch, yang untuk pertama kalinya dalam dua dekade memberikan status layak investasi kepada Indonesia.

Namun, beberapa sentimen negatif sempat memengaruhi rupiah, seperti ketidakpastian kebijakan ekonomi AS dan perlambatan ekonomi China yang berdampak pada ekspor Indonesia. Meski begitu, rupiah berhasil bertahan tanpa fluktuasi besar selama periode tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
| | | |