Petani di Provinsi Ini Kipas-kipas Duit Karena Gabah

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi gabah merupakan indikator penting dalam mengukur ketahanan pangan.

Produksi gabah adalah cikal bakal beras. Beras bermula dari Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani untuk kemudian digiling menjadi beras.

GKG sendiri adalah gabah yang telah melalui proses pengeringan dan siap digiling menjadi beras, sehingga sangat menentukan ketersediaan beras sebagai bahan pokok utama masyarakat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan harga GKG di tingkat petani sangat dipengaruhi oleh faktor musim dan kualitas gabah hasil panen.

Pola penanaman padi yang dilakukan hampir secara serentak pada musim tertentu berimplikasi pada berlebihnya pasokan saat panen dan langkanya pasokan saat paceklik.

Fenomena musim panen raya selalu menyebabkan anjloknya harga gabah karena terjadi lonjakan volume hasil panen.

Akibatnya, tingkat harga relatif rendah sepanjang musim panen dan merangkak naik sampai musim panen berikutnya.

Selama periode Januari-Desember 2024, rata-rata harga GKG di tingkat petani berkisar antara Rp6.676 per kg hingga Rp8.571 per kg. Namun, beberapa provinsi mencatat harga GKG yang sangat tinggi. Semakin tinggi harga GKG akan menguntungkan petani karena produksi gabah mereka dihargai lebih mahal.

Berikut harga GKG di tingkat petani pada 2024 per kilo gramnya (kg):

Secara keseluruhan jika dihitung untuk mencari harga rata-rata di Indonesia yaitu ada di angka Rp7.287 untuk Gerabah Kering Giling tingkat petani.

Variasi ini membuka peluang sekaligus tantangan dalam mengelola produksi pangan secara merata dan berkelanjutan. Dengan analisis yang tepat dan kebijakan pertanian yang responsif, diharapkan seluruh daerah dapat meningkatkan produktivitas GKG-nya, demi tercapainya swasembada beras nasional dan penguatan ketahanan pangan Indonesia secara keseluruhan.

CNBC Indonesia Research

Read Entire Article
| | | |